Nationalgeographic.co.id - "Melawan setiap tanda-tanda penuaan seperti bermain whack-a-mole," ujar Jamie Mietzl, seorang futuris Amerika Serikat.
Bagi sebagian orang, kematian adalah hal yang menakutkan karena harus meninggalkan dunia yang membuatnya merasa hidup. Ada pula yang khawatir dengan masalah penuaan, dan berharap bisa hidup awet muda.
"Kalau saya tanya, haruskah kita berinvestasi pada pengetahuan kita tentang penuaan untuk menolong orang hidup sehat dan hidup panjang, mungkin beberapa bilang iya, ada juga yang bilang tidak," lanjut Mietzl, dalam What If.
"Jika saya bilang, haruskah kita berinvestasi untuk melawan kanker, demensia, atau penyakit jantung, mungkin semua orang bilang 'ya'. Tetapi tiga hal itu bersama penyakit lainnya berhubungan dengan penuaan," jelas Mietzl.
Menurut para ilmuwan dalam Drugs, semua sel dalam tubuh kita mengalami perubahan seiring usia. Ketika pada waktu tertentu ia akan mengalami penurunan, dan mati. Kemudian berpengaruh pada jaringan di dalam tubuh, hingga akhirnya menyebabkan penurunan fungsi.
Sebetulnya, penurunan sel sudah terjadi sejak kita lahir, karena fungsi telomer yang merupakan lapisan pelindung pada kromosom. Pada setiap pembelahan sel untuk memperkuat jaringan, lapisan itu memendek. Akibatnya kromosom menjadi rapuh (Price LH et al, 2013).
Akibatnya, banyak usaha penelitian untuk memanjangkan umur, atau menghindari penuaan seperti produk kecantikan yang menjanjikan wajah terlihat awet muda.
Pada setiap perkembangan sejarah kita, manusia berhasil memanjangkan angka usia harapan hidupnya. Secara global, Clio Infra mempublikasikan bahwa angka itu bertambah dalam dua abad terakhir. Pada 1880, angkanya kurang dari 30 tahun, dan meningkat hingga 78,7 tahun pada 2010.
Baca Juga: Manusia Tertua Berusia Lebih Dari 100 Tahun, Sebenarnya Berapa Lama Kita Bisa Hidup?
Perkembangan sains yang berkembang tak lebih dari usaha untuk menyembuhkan dan meneliti penyakit, memahami sel dalam tubuh manusia, pengembangan sistem air bersih, hingga hal ilmiah lainnya.
Tetapi beberapa orang, bahkan sekelompok masyarakat—baik kini maupun di masa lalu—usianya bisa lebih panjang, bahkan ada yang melampaui 100 tahun.
Pada sekelompok masyarakat, diketahui itu terjadi di Okinawa, Jepang. Masyarakat di sana memiliki kebiasaan hara hachi bu untuk mengendalikan nafsu makannya.
Selain pola makanan, lingkungan juga berpengaruh seperti yang penduduk pedalaman Bolivia yang bahkan tak tersentuh modernisasi. Akibatnya, otak mereka pun mengalami penurunan fungsi lebih lambat 70 persen daripada manusia biasa, yang membuatnya tercegah dari demensia saat berusia lanjut.
Baca Juga: Hara Hachi Bu, Kebiasaan Warga Okinawa Kendalikan Nafsu Makan Agar Panjang Umur
Sedangkan orang-orang yang melampaui usia 100 tahun--atau disebut centenarian--ternyata cenderung jarang sakit. Mereka menekan morbiditas dan kecacatan sampai akhir hidup mereka, karena komponen genetiknya semakin penting untuk melanjutkan hidup (Sebastiani P & Perls TT, 2012).
Disimpulkan, centenarian memiliki kemampuan genetik yang memiliki pengaruh yang kuat, tulis para peneliti.
Hal senada juga diungkap Jamie Mietzl. Ia meyakini cara terbaik untuk mencegah penuaan adalah menyunting beberapa bagian kode genom kita yang kompleks. Meski demikian, teknologi untuk penyuntingan genom masih terlalu awal bagi umat manusia.
Nir Barzilai dari Institute for Aging Research berpendapat, penuaan adalah faktor risiko utama untuk kematian. Dia dalam Vox, bahwa penyakit berbahaya yang kita kenal seperti kanker dan penyakit jantung akan lebih berisiko saat lanjut usia.
Baca Juga: Berusia Lebih Dari 100 Tahun, Berikut 9 Orang dengan Umur Terpanjang
"Kolesterol itu tingkatan risikonya tiga kali lipat [pada penyakit jantung]. Tapi penuaan dapat lima kali lipat," terang Barzilai.
Namun penuaan bukanlah hal yang mungkin bisa dihindari. Ia menganggap penuaan saat ini hanya menjadi fase, tetapi suatu saat akan dipahami bahwa sebagai penyakit yang bisa disembuhkan.
Ezekiel Emanuel ahli etika biologis dan kesehatan dari University of Pennsylvania, menulis di The Atlantic bahwa dirinya ingin hidup sampai 75 tahun saja. Ia berpendapat hidup yang lama tidak berarti hidup yang dijalani sehat, baik untuk diri maupun orang lain.
Ia menyebut menjadi renta dengan usia melampaui 75 tahun, walaupun sehat, akan membutuhkan perawatan. Tentunya perawatan ini akan menyebabkan biaya tinggi, apalagi jika memiliki anak.
"Ini [menjadi manula] merampas kreativitas dan kemampuan kita untuk berkontribusi pada pekerjaan, masyarakat, dunia. Ini akan mengubah cara orang memandang kita, berhubungan dengan kita, dan, yang paling penting, mengingat kita," tulisnya.
"Kita tidak lagi diingat sebagai sosok yang bersemangat dan terlibat, tetapi sebagai orang lemah, tidak efektif, bahkan menyedihkan."
Baca Juga: Stephen Hawking: Manusia Dapat Hidup Abadi
Source | : | Vox,drugs.com,sumber lain,What If,Harvard Health Publishing |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR