Nationalgeographic.co.id - Mammoth adalah genus gajah purba yang kini telah punah. Mamalia satu ini menjadi salah satu hewan prasejarah yang paling terkenal hidup di Zaman Pleistosen atau disebut juga dengan Zaman Es. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada gajah normal yang ada di dunia saat ini.
Seperti diketahui, mammoth berbulu punah lebih dari 4.000 tahun lalu dan diyakini kepunahan disebabkan oleh perubahan iklim dan diburu manusia.
Gading mammoth juga berbeda dengan gajah, yakni melingkar membentuk spiral dengan ujung yang saling berhadapan. Gading ini digunakan untuk memisahkan salju atau es dari tumbuhan yang akan dimakannya.
Kemudian, jenis gajah ini semakin unik dan berbeda dengan gajah yang kita kenal sekarang lantaran memiliki bulu. Mammoth memiliki bulu panjang dan tebal yang menutupi tubuhnya.
Terbaru, ilmuwan menggali mammoth berbulu muda dari lapisan es Siberia pada tahun 2011 dan menemukan spesimen yang relatif utuh dan telah berusia 28.000 tahun.
Sejak itu, para ilmuwan sangat ingin mengetahui seberapa layak bahan biologis dari mammoth yang belum ditemukan, ribuan tahun kemudian.
Para peneliti di Universitas Kindai, Jepang kini telah menemukan bahwa DNA-nya sebagian utuh dan tampaknya siap untuk mengembalikan mamalia prasejarah besar ini kembali ke kehidupan.
Hal ini bermuara pada fakta bahwa para ilmuwan telah berhasil mengekstrak inti dari sel mammoth dan mentransplantasikannya ke dalam sel tikus. Kemudian, sel-sel dari spesimen berusia 28.000 tahun itu juga mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas biologis.
Kei Miyamoto, insinyur genetika dari Universitas Kindai, Jepang, mengatakan bahwa meskipun bertahun-tahun telah berlalu, aktivitas sel masih dapat terjadi dan sebagiannya dapat diciptakan kembali.
"Lima sel bahkan menunjukkan hasil yang sangat tidak terduga dan sangat menjanjikan, yaitu tanda-tanda aktivitas yang biasanya hanya terjadi sesaat sebelum pembelahan sel," ujarnya.
Baginya, menentukan apakah DNA mammoth masih bisa berfungsi bukanlah tugas yang mudah. Para peneliti memulai dengan mengambil sampel sumsum tulang dan jaringan otot dari kaki hewan tersebut. Ini kemudian dianalisis untuk keberadaan struktur seperti nukleus yang tidak rusak, yang, setelah ditemukan, diekstraksi.
Setelah sel-sel nukleus ini digabungkan dengan oosit tikus, protein tikus ditambahkan, menunjukkan beberapa sel mammoth sangat mampu melakukan rekonstitusi nuklir. Ini, akhirnya, menunjukkan bahwa bahkan sisa-sisa mamut berusia 28.000 tahun dapat menyimpan inti aktif.
"Artinya, sesuatu seperti, membangkitkan spesimen seperti ini akan sangat mungkin," kata Miyamoto.
Kendati demikian, dia juga menyadari bahwa tidak mungkin menciptakan kembali mammoth, hewan yang telah punah sejak lama.
Kini, para peneliti mencoba menggunakan penyuntingan gen untuk melakukannya dan yakin bahwa pencapaian itu sudah dekat. Upaya terbaru, peneliti menggunakan alat pengeditan gen CRISPR yang kontroversial dan terbilang menjanjikan akhir-akhir ini.
Namun, apakah kita benar-benar perlu menghidupkan kembali spesies yang telah punah sejak lama?
Source | : | Earth.com |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR