Setelah menganalisis sistem akar, para peneliti menyimpulkan terdapat tiga kelompok berbeda dari tanaman yang telah punah, yaitu Eospermatopteris, Archaeopteris, dan satu lagi spesimen yang belum jelas.
Eospermatopteris adalah representasi dari tumbuhan nenek moyang, berupa pohon palem dan ekor kuda yang ada pada fosil Devonian. Karena sistem akarnya yang terbatas dan belum sempurna, Eospermatopteris punya daya tahan hidup hanya satu sampai dua tahun sebelum mati dan digantikan oleh akar lain.
Kemudian, para peneliti menemukan sistem akar unik pada situs Cairo, yaitu Archaeopteris. Archaeopteris mirip dengan tanaman dari benih modern. Archaeopteris sangat modern dibandingan tanaman Devonian lain. Meskipun masih berbeda dari pohon modern, tetapi Archaeopteris menunjukkan unsur-unsur hutan masa depan.
Baca Juga: Film yang Membuat Setiap Orang Bisa Selamatkan Terumbu Karang Dunia
Fosil akar Archaeopteris diperkirakan berusia 20 juta tahun lebih awal dari perkiraaan sebelumnya. Penemuan terbaik ini membantu menjelaskan bagaimana evolusi pohon dan hutan selama zaman Devon.
Peneliti kemudian dibuat terkejut dengan temuan sistem akar tunggal yang diduga hanya ada di Zaman Karbon Akhir, yaitu pohon skala dari kelas Lycopsida. Pohon primitif ini mendominasi hutan batu bara dengan ketinggian mencapai 30 meter.
"Temuan Lycopsida menunjukkan bahwa tanaman ini sudah sejak lama ada di hutan, tetapi mungkin ada di lingkungan yang berbeda, lebih dahulu dari yang diyakini khalayak. Kami baru memiliki jejak fosil dan menunggu bukti fosil tambahan untuk mengonfirmasinya,” ucap Wiliam Stein, seorang profesor emeritus biologi di Binghamton University.
Source | : | BBC,Big Think |
Penulis | : | Bella Jingga Ardilla |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR