Nationalgeographic.co.id—Informasi yang salah telah merajalela atas penggunaan ganja selama beberapa dekade. Pada 1936, film Reefer Madness yang dibiayai oleh kelompok gereja mengajarkan kepada masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan ganja, mulai dari percobaan pembunuhan hingga bunuh diri dan kegilaan.
Sekitar waktu yang sama, Harry Anslinger dan yang lainnya memulai perang melawan ganja, yang setidaknya sebagian didorong oleh motif rasis. Sejak saat itu, rumor dan atau ilmu miring tentang ganja sering mengisi lubang yang menganga dalam penelitian.
Namun, kini sudah semakin banyak penelitian ilmiah soal manfaat ganja dan semakin banyak pula negara yang melegalkan penggunaan ganja. Meski demikian, konon, legalisasi ganja di berbagai negara telah menimbulkan banyak kampanye yang meragukan manfaat kesehatan tumbuhan tersebut. Bahkan justru kampanye-kampanye mengekspos bahayanya.
Sebenarnya, seberapa berbahayakah ganja? Bisakah itu membunuhmu? Apakah seseorang bisa mengalami overdosis dan meninggal karena ganja?
Jawaban untuk pertanyaan terakhir adalah “tidak”. Ada beberapa cara bahwa versi sintetis dari agen psikoaktif dalam ganja atau ganja yang dicampur dengan obat-obatan lain dapat membunuh manusia yang mengonsumsinya. Namun overdosis akibat ganja murni yang tidak dicampur dengan apa pun hampir tidak mungkin.
“Ini tidak mirip dengan alkohol atau toksisitas opiat,” ujar Mujeeb Shad, seorang psikiater di University of Nevada di Las Vegas, seperti dilansir Discover Magazine.
Alasan ganja tidak menimbulkan risiko yang sama seperti opiat, kokain, amfetamin, atau bahkan alkohol adalah karena beberapa komponen aktif dari tanaman tersebut bekerja melawan satu sama lain di tubuh Anda.
Baca Juga: Senyawa Ganja Berpotensi Menghambat Replikasi Virus Corona di Manusia
Sebagai contoh, tetrahydrocannabinol atau THC mungkin merupakan komponen yang paling beracun dalam ganja. Komponen ini juga yang bertanggung jawab atas sebagian besar efek psikoaktif dan adiktif yang lebih kuat yang dialami pengguna.
Selama beberapa dekade terakhir, kandungan THC ganja telah meningkat, yang berarti bahwa secara teori potensi kecanduan ganja telah meningkat. Namun, THC sebenarnya dianggap sebagai agonis parsial, yang berarti sebenarnya tidak terlalu beracun. Hal itu terutama jika dibandingkan dengan obat yang lebih berbahaya seperti opiat atau kokain yang dapat menjadi racun atau mematikan pada dosis tinggi.
Bahkan jika kandungan THC dalam ganja cukup tinggi untuk menyebabkan kerusakan nyata pada tubuh Anda, ganja juga memiliki komponen bawaan lainnya untuk menjaga komponen ini tetap terkendali, yakni cannabidiol atau CBD.
CBD meredam beberapa efek samping THC yang berpotensi merugikan dan menangkal beberapa toksisitasnya. “[CBD] adalah semacam penstabil sistem,” kata Shad.
Ganja tentu bisa menimbulkan efek negatif, entah itu mual, paranoia, muntah, delusi, kebingungan atau kecemasan. Namun itu tidak mungkin membunuhmu dengan sendirinya.
Sementara bentuk alami ganja mungkin tidak cukup beracun untuk menyebabkan overdosis, Shad mengatakan bentuk sintetis baru dari THC yang saat ini tersedia di pasar ilegal seperti Spice atau K2 adalah cerita yang berbeda. Obat-obatan ini memiliki efek substansial dan bisa sangat beracun, karena tidak membawa unsur penyeimbang yang dimiliki ramuan tersebut.
"Mereka bisa sangat beracun, orang bisa mati karenanya," ucap Shad.
Baca Juga: Riset Terbaru: Ganja Medis Ampuh Turunkan Tekanan Darah Pasien Lansia
Shad juga menambahkan bahwa banyak dari obat THC sintetis ini adalah agonis penuh, bukan agonis parsial seperti bentuk THC yang lebih organik. Bahkan, ia dan rekan-rekan penelitinya pernah mengusulkan penggunaan CBD sebagai pengobatan potensial untuk toksisitas yang disebabkan oleh Spice atau K2.
Masalah lain muncul ketika ganja dicampur dengan zat lain, apakah itu psikedelik, opiat, atau obat-obatan buatan lainnya. "Itu bisa menurunkan keamanan relatif ganja," kata Shad.
Obat-obatan lain seperti itu juga dapat melawan keseimbangan antara THC dan CBD, sehingga memungkinkan unsur-unsur beracun yang biasanya dibatasi dalam ganja jadi lebih berbahaya. Akibatnya, menggabungkan ganja dengan obat-obatan seperti opiat atau kokain dapat menciptakan campuran beracun yang lebih besar sehingga akhirnya bisa juga menyebabkan overdosis hingga kematian.
Baca Juga: Riset Terbaru Ungkap Efek Senyawa Ganja dalam Redakan Rasa Sakit
Source | : | discovermagazine.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR