Fosil badak langka yang ditemukan di Turki mengungkap kisah tentang dashyatnya bencana letusan gunung berapi yang terjadi kurang lebih 9,2 juta tahun yang lalu. Tengkorak dan rahang badak kuno ini memiliki tekstur yang kasar dan gigi yang rapuh.
Tengkorak dan rahang badak yang ditemukan di Cappadocia, Turki, memiliki berat 30 kilogram. Fosil ini diklaim sebagai badak bercula dua (Ceratotherium neumayri ) yaitu spesies yang umumnya hidup di kawasan Mediterania Timur selama era Miosen.
Olivier Antoine, ahli paleontologi dari University of Montpellier di Perancis berpendapat, Jumat (30/11), tengkorak ini mengeras dan membatu karena fragmen batuan vulkanik dari kaldera Cardak yang terlempar mengenai badak. Kecepatan aliran sungai yang membawa abu dan batu mungkin telah membuat hewan terpotong-potong dan terpanggang pada suhu 450 derajat Celcius.
Kemudian Antoine meneliti lebih lanjut fosil badak dan membandingkannya dengan kerabat terdekat yang masih bertahan yakni spesies badak putih (Ceratotherium simum). Antoine memperkirakan, badak yang tewas terpanggang letusan gunung berapi adalah seekor badak dewasa muda yang berusia sepuluh sampai 15 tahun.
Hanya dua persen fosil yang dapat ditemukan di dalam batuan vulkanik. Hal ini tidaklah mengherankan karena dengan suhu panas yang mencapai ratusan derajat celcius, sangat sulit untuk menemukan fosil mamalia.
Peneliti menemukan fosil berada 30 kilometer di sebelah utara dari tempat kejadian letusan gunung berapi. Mereka meyakini fosil tersebut terbawa oleh aliran abu vulkanik, batu apung, dan kerikil. Inilah yang membuat fosil tersebut bertahan hingga hari ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR