Paulo Artaxo, ilmuwan lingkungan dari University of Sao Paulo yang juga menjadi penulis utama studi tersebut, mengklaim bahwa "ilmu pengetahuan tidak cukup berkembang" untuk melaksanakan geoengineering.
"Setiap pendekatan geoengineering yang ada dapat memiliki konsekuensi negatif yang serius ... Oleh karena itu, masyarakat harus memeriksa apakah konsekuensi negatifnya terlalu parah untuk membenarkan strategi apa pun."
Industri-industris globalis telah berada di garis depan dalam penelitian tentang metode geoengineering kontroversial untuk memodifikasi iklim secara artifisial. Beberapa metode yang dipertimbangkan antara lain dengan menyemprotkan aerosol sulfat atau bahkan menempatkan pesawat luar angkasa besar di atas planet ini untuk menghalangi sinar matahari.
Baca Juga: Perubahan Iklim Mengancam Ketahanan Pangan Sektor Perikanan Indonesia
Sebagian besar lobi untuk tindakan semacam itu didanai oleh orang-orang seperti Bill Gates. Dia bekerja sama dengan para ilmuwan pada tahun 2012 untuk secara terbuka mendukung dan mengadvokasi "metode geoengineering seperti menyemprotkan jutaan ton partikel sulfur dioksida reflektif pada ketinggian 30 mil di atas bumi" untuk mencapai efek ini.
Saat ini, tampaknya ada kesepakatan di antara orang-orang seperti Bill Gates yang mendorong perlunya tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Mereka yang ingin melaksanakan apa yang disebut "Kesepakatan Baru Hijau (Green New Deal)" untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap dalam jangka pendek.
Namun, beberapa orang berpikir tindakan ini justru dapat mengakibatkan situasi yang benar-benar bencana di seluruh dunia, termasuk runtuhnya seluruh ekonomi lama. Bersamaan dengan itu, penghapusan penggunaan bahan bakar fosil yang selama ini jadi tumpuan utama transportasi itu mungkin juga akan menyebabkan kegagalan besar yang membuat jutaan orang terisolasi di seluruh planet ini.
Baca Juga: Pemanasan Global: Sebagian Wilayah Asia Akan Sepanas Gurun Sahara
Source | : | Nature World News |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR