Pelukis Belanda abad ke-17, Rembrandt, kini menyandang predikat penting dalam zoologi: orang yang pertama kali mengungkap deskripsi gajah Asia, lewat lukisannya.
Bagaimana ceritanya?
Untuk mendeskripsikan suatu spesies baru, ahli biologi menggunakan "spesimen-jenis" (type specimen) sebagai sampel untuk mempertegas organisme tersebut. Sebuah tim ahli biologi internasional melakukan penelitian DNA dan anatomi pada sampel janin gajah yang merupakan spesimen-jenis gajah Asia (Elephas maximus). Di kemudian hari, diketahui bahwa spesimen-jenis tersebut ternyata gajah Afrika dengan genus Loxodonta. Jadi, para peneliti itu harus mencari spesimen-jenis gajah Asia lain.
Dengan menyisir arsip, para biolog itu mencocokkan kerangka gajah di Natural History Museum, University of Florence, Italia, dengan deskripsi dalam buku terbitan tahun 1693, yang ditulis oleh naturalis John Ray. Buku itu kemudian dirujuk oleh naturalis masyhur asal Swedia, Carl Linnaeus, pada 1758 untuk menamakan gajah Asia untuk yang pertama kalinya. DNA dan bentuk kerangkanya cocok. Peneliti juga mendapatkan bonus informasi tambahan bahwa individu gajah tersebut bernama Hansken, yang pernah dilukis oleh Rembrandt pada 1637.
"Ini menjadi bukti bahwa sains dan seni masih tidak dapat dipisahkan," kata Enrico Cappellini dari History Museum of Denmark, ketua tim peneliti. Temuan ini dimuat dalam jurnal Zoological Journal of the Linnean Society.
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR