Nationalgeographic.co.id - Kebakaran di wilayah California, Amerika Serikat, sudah beberapa kali terjadi. Pada bulan Agustus 2021, bencana kebakaran kembali terjadi, berdasarkan laporan CNN baru-baru ini api telah melahap lebih dari 747 ribu hektar.
Sehubungan dengan bencana kebakaran, hasil studi terbaru dari Universitas Stanford mengemukakan bahwa paparan asap kebakaran selama kehamilan meningkatkan risiko bayi lahir prematur. Dilansir dari Guardian, diperkirakan efek dari asap kebakaran ini telah mengakibatkan 7.000 kelahiran prematur di California antara tahun 2006 dan 2012.
Para peneliti menggabungkan lebih dari tiga juta catatan kelahiran dengan data satelit serta data tanah yang terkena paparan asap kebakaran hutan di setiap kode pos di California. Hasilnya, semakin banyak hari seorang ibu hamil terpapar asap api, maka semakin besar kemungkinan dia menghadapi kelahiran prematur.
"Kami menemukan bahwa paparan asap selama seminggu (pada tingkat ini) berhubungan dengan peningkatan risiko 5% dan (terkena paparan asap kebakaran) satu bulan memiliki hubungan dengan peningkatan 20% pada kelahiran prematur," kata Sam Heft-Neal, penulis utama dalam studi kepada Guardian.
Baca Juga: Sebuah Pohon Masih Terus Membara sejak Kebakaran Hutan California 2020
Selain itu, hasil penelitian ini menambah bukti bahwa asap dan partikel kecil pada polusi udara yang dihasilkan karena kebakaran alias PM2,5 memiliki efek yang mengerikan pada manusia. Mulai dari serangan jantung, strok, asma, hingga penyakit mental.
“Benda yang berukuran sangat kecil ini masuk ke dalam tubuh, menyebabkan peradangan dan memengaruhi kesehatan,” ujar Marshall Burke, rekan Sam Heft-Neal dalam studi ini sekaligus direktur Center on Food Security and the Environment.
Lebih lanjut, tahun 2008 menjadi tahun terburuk dalam studi ini. Sebab terjadi 2.000 kelahiran prematur yang berkaitan dengan asap kebakaran di negara bagian itu. Dilansir dari The New York Times, para peneliti menemukan kalau paparan asap berkaitan dengan lebih dari enam persen dari semua kelahiran prematur di California tahun itu.
Asap kebakaran diyakini pula mampu menyebabkan peradangan di dalam tubuh, memberikan beban pada sistem imun dan mengurangi aliran darah ke organ tubuh termasuk plasenta. Sehingga dapat memicu kontraksi dan persalinan.
“Kami tahu bahwa polusi udara meningkatkan risiko kelahiran prematur, tetapi penelitian baru ini menyoroti pentingnya polutan yang terkait dengan asap kebakaran hutan. Mungkin (polutan) ini berbeda dari sumber polusi udara lainnya dan menjadi masalah dengan perubahan iklim,” tutur Lara Cushing - dia tidak terlibat dalam penelitian - selaku ilmuwan kesehatan lingkungan di UCLA Fielding School of Public Health, kepada The New York Times.
Baca Juga: Langit Gelap dan Udara Kotor, Dampak Kebakaran Hutan di California
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tahun 2006 – 2012 merupakan periode sampel tahun yang digunakan. Peneliti mengungkapkan bahwa kebakaran hutan meningkat dibanding tahun-tahun yang diteliti.
“Tahun 2020 (asapnya) sekitar dua setengah kali lebih buruk dari 2008. Empat dari lima tahun terakhir asapnya lebih buruk dari tahun 2008,” ujar Sam Heft-Neal.
Studi ini telah dipublikasikan di laman Environmental Research dengan judul Associations between wildfire smoke exposure during pregnancy and risk of preterm birth in California pada tanggal 14 Agustus 2021.
Masih berkaitan dengan kelahiran prematur, selain dampak pada bayi efek pada sang ibu juga harus dipertimbangkan. Ada masalah kesehatan mental yang menyertai stres memiliki bayi prematur. Poin ini dikemukakan oleh Rupa Basu selaku kepala epidemiologi udara dan iklim di California Environmental Protection Agency’s Office of Environmental Health Hazard Assessment.
Dia sebelumnya telah mempelajari efek perubahan iklim dan lingkungan pada ibu hamil dan mentatat kelahiran prematur terjadi lebih cepat daripada yang diharapkan sehingga bisa menambah potensi trauma.
Source | : | The New York Time,The Guardian |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR