Bambang menambahkan, berdasarkan buku Adolf Heukeun, bangunan Museum Wayang dahulu hancur akibat gempa kecil yang menyebabkan bangunan retak.
Bambang menuturkan, bangunan Museum Wayang sebelumnya tertinggi di Jakarta. Namun, bangunan itu dibongkar dan dibangun lagi akibat gempa hingga tahun 1938.
"Tapi bukan gempa bumi dari letusan Tambora melainkan dari Gunung Salak atau dari Daerah Sunda lainnya," jelas Bambang saat dihubungi, Sabtu (14/6).
Senada dengan Bambang, pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, mengungkapkan, keterangan yang tertera pada papan informasi tersebut mungkin keliru.
Dampak letusan Tambora yang mencapai Jakarta hanya berupa debu vulkanik. Kalau yang dimaksud gempa, mungkin yang dimaksud akibat gempa Gunung Salak.
"Debu tebal bisa saja merusak bangunan, biasanya vulkanik bom yang merusak atap, tapi hal tersebut terjadi jika bangunan jaraknya dekat dari gunung api," katanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR