Menurut serangkaian baru eksperimen psikologis, rasa sakit orang-orang dari latar belakang sosial ekonomi yang relatif rendah lebih mungkin diabaikan oleh orang lain.
Bahkan menurut studi ini, para profesional medis tampaknya tidak menganggap serius penderitaan orang lain jika orang itu relatif tidak berpendidikan atau miskin. Mereka cenderung meresepkan lebih sedikit obat untuk orang dengan latar belakang semacam itu.
Hasilnya sebagian dapat menjelaskan mengapa pasien dengan tingkat pendidikan, pendapatan, dan status sosial yang lebih tinggi cenderung menerima perawatan medis yang lebih baik untuk berbagai kondisi yang menyakitkan.
Baca Juga: Vaksinasi, Salah Satu Cara Selamatkan Nyawa Anak-anak di Negara Miskin
Memang ada juga masalah struktural yang berperan, seperti kurangnya akses ke perawatan medis. Namun stereotipe budaya yang lebih luas tampaknya juga berperan.
Studi baru ini adalah salah satu yang pertama untuk mengeksplorasi ide ini secara rinci. Studi ini berasal dari Amerika Serikat, tapi tampaknya bisa menjadi refleksi secara universal, termasuk di Indonesia.
Dalam studi ini ada sepuluh eksperimen yang melibatkan lebih dari 1.500 peserta. Dalam studi ini para peneliti secara konsisten menemukan perbedaan dalam cara orang-orang memandang dan memperlakukan rasa sakit orang-orang lainnya, tergantung pada tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan mereka.
Baca Juga: Mengapa Perempuan Lebih Menderita Secara Finansial Selama Pandemi?
Source | : | Science Alert,Psypost |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR