Tugas pascapemilihan
Obrolan yang ramai di salah satu cafe di pusat kota Solo itu bubar setelah sekitar satu setengah jam kemudian dengan Sanie B. Kuncoro—seorang penulis novel dan cerpen—seperti menyimpulkannnya.
"Presiden yang baru harus menenangkan hati penentang-penentangnya selama ini karena pertarungan yang keras sekali," katanya.
Dan tugas itu sebenarnya bukan hanya di tingkat presiden, juga sebaliknya dari masyarakat yang selama ini sudah 'terpisah'.
Iwan Sentosa Djasmara—pengusaha ban dan kantung plastik—mengaku mengalami langsung polarisasi masyarakat dalam pemilihan kali ini dan dia sering mendapat SMS-SMS yang meresahkan.
"Terpisahnya dua kubu ini saya kira mencolok sekali dan nanti dibutuhkan kebesaran hati untuk mendukung yang terpilih walau bukan dukungan mereka."
Pengusaha distribusi F&B, Tanu Tulus Kismanto, yakin polarisasi yang terjadi tidak sampai menimbulkan kekhawatiran akan pengalaman masa lalu di Solo, yang beberapa kali dilanda kerusuhan rasial, antara lain tahun 1980 dan 1998. "Saya kira sudah melewati masalah rasial namun traumanya belum hilang. Dan sekaligus ini merupakan saatnya untuk berubah."
Arahan elite?
Bagaimanapun Susanto -pengamat sejarah Surakarta dari Departemen Sejarah Universitas Sebelas Maret- berpendapat bahwa polarisasi di kalangan masyarakat tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan.
"Hampir semua konflik di sini dibawa oleh elit. Seperti dalam survei-survei itu kan sebenarnya pemilih gampang diarahkan tapi yang mengarahkan itu yang memiliki peran penting."
Memang, menurut Susanto, terjadi pembicaraan yang agak tegang setiap membicarakan pemilihan presiden namun selalu mencair begitu memasuki aktivitas kehidupan sehari-hari. "Ini nanti akan menjadi aman, di keluarga dan di tetangga. TV sudah tidak menyiarkannya lagi maka akan menjadi nyaman kembali. Saya yakin ini akan mudah dilupakan."
Pertanyaannya mungkin, karena hanya ada satu presiden yang terpilih apakah para elit dari calon lain kemudian tidak akan berupaya lagi mengarahkan warga
Jawaban yang masih menunggu perjalanan waktu.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR