Ia menanam sejumlah kina, karet, kopi hingga teh yang membentang luas. Hampir seluruh wilayah Pamanoekan en Tjiasemlanden yang kelak menjadi batas-batas geografis Kabupaten Subang.
Ia membuat patok-patok, memberikan batasan yang tegas bagi wilayah perkebunannya yang mulai meluas. Lepas dari perkebunannya, ia turut membangun sejumlah infrastruktur yang kini masih digunakan oleh rakyat Subang.
Jan ten Brink dalam bukunya berjudul Op de grenzen der Preanger. Reisschetsen en mijmeringen, yang diterbitkan pada tahun 1861, menjelaskan tentang perjalanan Hofland dalam membangun peradabannya di Subang.
"Hofland mengembangkan bisnis yang juga berimbas baik pada penduduk lokal dengan membuka pasar lokal untuk masyarakat dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pasar lainnya," tulis ten Brink.
Ia menjadi sosok yang disegani, utamanya bagi masyarakat yang tinggal di areal perkebunan Pamanoekan & Tjiasem Landen Lands. "Dia adalah tuan tanah yang sangat dihormati di masyarakat, tak hanya karena kekayaannya, dialah raja agung yang mulia," imbuhnya.
Baca Juga: Subang Larang, Wanita Muslim di Pajajaran dalam Cerita Rakyat Subang
"Ia menerapkan semacam 'imperialisme humanistik' dimana dia mengangkat pegawai perkebunan dari masyarakat lokal yang digaji dengan layak. Hofland juga sering menaikan upah pegawai yang dapat memenuhi target kerja dan pencapaian produksi yang memuaskan," ungkap Sopiana. Semacam membuka lapangan kerja bagi kaum bumiputera untuk memperoleh kehidupan yang layak.
Hofland dikenal bersahabat baik dengan penduduk lokal. Jasanya juga dapat ditunjukan dengan pendirian sekolah bagi kaum bumiputera setempat yang dinamakan sekolah desa. Selain itu, ia juga membenahi infrastruktur umum yakni jembatan dan jalan.
"Ia membagun jembatan dan jalan-jalan yang ia gunakan untuk distribusi hasil perkebunan, di beberapa tempat masih ditemukan jalur-jalur kereta kecil untuk menggangkut tebu," tambahnya.
Hofland memutuskan untuk membangun rumah pribadinya di wilayah Ciherang, sekitar tahun 1850. "Kediaman Hofland diperkirakan terletak di sebelah utara lapangan golf atau yang sekarang menjadi alun-alun Subang," tambahnya.
Source | : | ANRI,jurnal Historia Madania |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR