"Disana juga ia membangun gedung untuk perkantoran tempat administrasi perkebunannya, rumah-rumah pegawai. Gedung tersebut pada waktu itu dinamakan gedung gede, gedung terkenal sampai saat ini adalah wisma karya dipusat kota Subang saat ini," lanjutnya.
Banyaknya infrastruktur yang dibangun, secara tegas menjadi penanda dalam membagi wilayah geografis P & T Lands sebagai cikal bakal lahirnya Kabupaten Subang. "Abad ke-19, para pemilik perkebunan memiliki hak eigenom untuk menentukan batas wilayahnya," tulis Sopiana.
Pian Sopiana bersama dengan rekannya, menulis kepada jurnal Historia Madania, dalam jurnalnya berjudul Peran Peter William Hofland dalam Mengelola Tanah Partikelir Pamanoekan en Tjiasem Landen Subang Tahun 1802-1874, publikasi tahun 2020.
"Hak eigenom yang didapat oleh Hofland, dimanfaatkannya untuk membagi wilayah perkebunannya menjadi 8 kademangan," tambahnya. Pembagian tersebut diantaranya, Kademangan Batu Sirap (Cisalak), Sagalaherang, Ciherang, Pagaden, Pamanukan, Ciasem, Malang (Purwadadi), dan Kalijati -nantinya menjadi kecamatan-kecamatan di Subang.
Baca Juga: Jelajah Tengara-Tengara Cirebon
Kemudian, Hofland mengusulkan beberapa nama dari para Demang untuk diusulkan kepada Gubernur Hindia Belanda untuk diangkat secara resmi. "Itu terjadi pada Raden Tanu Diraja, yang diangkat sebagai hofd (demang) Ciherang pada 18 Agustus 1859," ungkap Sopiana.
Berkat perkebunannya dan pembagian kademangan yang resmi, membuat batasan geografis Subang menjadi jelas. Infrastruktur yang memakmurkan penduduk lokal juga menjadi sebuah landmark bagi Kabupaten Subang.
"Hofland tutup usia di Subang pada 4 Februari 1872, dengan mewariskan sejumlah tanah perkebunan Pamanoekan en Tjisem Landen kepada anak pertamanya, Yohanues Theodous Hofland," pungkas Sopiana. Ia di makamkan di kerkhof, Sukamaju, Kota Subang.
Patung perunggu Tuan Hofland dibuat oleh pematung Belanda, A. Cattier di Bruxelles tahun 1878, untuk melekatkan ingatan kepada jasa-jasa seorang Belanda yang mulia, Peter William Hofland.
Baca Juga: Temuan Fosil Stegodon trigonocephalus di Sumedang Siap Direkonstruksi
Source | : | ANRI,jurnal Historia Madania |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR