Namun, ERACS ada sedikit perbedaan dari operasi caesar biasa. Misalnya pada saat hendak melakukan persalinan, pasien diperbolehkan makan dan minum enam hingga delapan jam sebelumnya. Selanjutnya hanya dipersilahkan minum agar usus tetap aktif dan terjaga. Berbeda dengan operasi caesar biasa yang mengharuskan puasa total.
Sebagai sumber energi, biasanya dokter juga memberikan karbohidrat dalam bentuk cairan dua jam sebelum persalinan dengan cara ERACS. Tambahan lainnya juga memberi asupan gula sekitar 750 hingga 75 gram dengan air atau teh.
Baca Juga: Umeno Sumiyama dan Koume Kodama, Kembar Identik Tertua di Dunia
Asupan lainnya adalah obat penghambat mual dan muntah. Sebab, setelah persalinan, banyak pasien yang mengeluh mual dan muntah pada empat jam pertama karena adanya tambahan opioid saat operasi.
Persalinannya serupa dengan operasi caesar, terang Dian, yang berbeda adalah beberapa modifikasi yang disebutkan di atas. Tujuannya adalah mengurangi banyak manipulasi dalam operasi terhadap tubuh yang menyebabkan nyeri berlebihan, seperti mengeluarkan rahim dan dijahit di dalam.
"Itu yang kita [para dokter] hindari," ujarnya. "Kemudian mempercepat tindakan operasinya—tidak banyak memanipulasi rongga perutnya."
Ada pula saat bayi lahir, penjepitan tali pusar yang dilakukan lebih lambat sedikit dari biasanya, yakni sekitar 30 sampai 60 detik. Tujuannya, supaya aliran darah dari ibu bisa mengalir ke bayi.
Rasa nyeri dan mual memang masih akan terasa, walau tidak seperti persalinan non-ERACS. Walau targetnya dalam 24 jam pasien bisa beraktivitas seperti biasa dan mandiri, bukan berarti bisa pulang karena tergantung kemampuan.
Baca Juga: Perang Dunia, Mendorong Lahirnya Operasi Plastik dan Anestesi Modern
Dian yakin, di masa mendatang cara ERACS akan diterapkan pada semua operasi persalinan karena mengurangi komplikasi, dan waktunya yang lebih singkat. Komplikasi berkurang juga berkat dari modifikasi seperti penakaran obat bius dan jumlah dosis yang dikurangi.
"Semua pasien akan di-ERACS-kan pada waktunya karena waktu recovery-nya cepat. Semua konsep operasi apapun tujuannya agar pasien lebih cepat, dan bisa diterapkan pada kebidanan caesar," jelasnya.
Namun, perlu dicatat, ada beberapa pasien yang tidak bisa mengikuti cara ini, seperti yang memiliki risiko hipertensi dalam kehamilan dan risiko penyakit jantung. Eklamasi atau kejang pada kehamilan tidak bisa menggunakan ERACS karena akan berat ditangani dan bisa menyebabkan stres yang lebih lama karena tensinya yang tinggi.
"Ini kan ingin mendekati seperti lahir normal yang dalam beberapa jam sudah bisa jalan. Konsep ini berusaha supaya ibu yang caesar pun bisa mengurus bayinya seperti ibu-ibu yang lahir normal dan memberikan ASI-nya," Dian menerangkan. "Pengurangan rasa nyeri juga bisa membuat pasien tidak tertekan agar tidak memengaruhi ASI."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR