Nationalgeographic.co.id—Howard Carter membuka segel makam Tutankhamun pada tahun 1922. Ia kemudian memulai serangkaian penemuan yang akan menangkap imajinasi dunia dan memicu ketertarikan akan budaya Mesir Kuno.
Hampir seabad kemudian, sebuah tim ilmuwan menyelesaikan pemeriksaan paling signifikan terhadap makam tersebut. Ini merupakan proyek studi dan konservasi yang melelahkan selama satu dekade. Selain memecahkan beberapa misteri tetapi juga menimbulkan pertanyaan baru tentang masa depan salah satu monumen kuno yang paling terkenal.
"Setiap orang yang pergi ke Lembah Para Raja ingin pergi ke makam Tutankhamun ," kata Neville Agnew, ilmuwan dan konservator utama Getty dalam proyek tersebut. Dokumentasi, diagnosis, dan prognosis kondisi makam yang ekstensif diperlukan untuk membuat rencana untuk masa depan.
Saat penelitian dilakukan, mereka menemukan beberapa masalah. Apakah ini merupakan kutukan baru Tutankhamun?
Di makam tersebut ditemukan bintik-bintik cokelat pada semua lukisan dinding. Ini menimbulkan pertanyaan ketika Carter membuka ruang pemakaman dan mendokumentasikannya. Apa sebenarnya bintik berwarna cokelat itu? Dan yang lebih penting, apakah bintik ini dapat bertambah banyak?
Sebuah studi tentang bintik-bintik tersebut mengungkapkan konsentrasi tinggi asam malat. Ini merupakan produk turunan metabolisme dari beberapa jamur dan bakteri, yang menegaskan bahwa bintik-bintik tersebut berasal dari mikroba.
Halaman berikutnya...
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR