Nationalgeographic.co.id– Sepanjang pandemi berlangsung, pembelajaran jarak jauh (PJJ) diselenggarakan. Namun, secara kualitas PJJ tidak seoptimal pembelajaran tatap muka (PTM). Oleh sebab itu, learning loss atau kehilangan pengalaman belajar, interaksi, dan elaborasi dengan teman dan guru dialami anak didik.
Meski saat ini situasi pandemi di Tanah Air mulai kondusif, PTM belum bisa sepenuhnya dijalankan.
Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan mengatakan, pemerintah tetap akan mendorong berlangsungnya PTM secara penuh.
Hal itu ia sampaikan dalam dialog bertema “Peran Aktif Guru dalam Pemulihan Pendidikan” di media center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)-KPCPEN, Kamis (25/11/2021).
“Kurikulum kita adalah kurikulum tatap muka. Jadi yang penting adalah tatap muka dulu,” ujarnya menurut keterangan tertulis, Jumat (26/11/2021).
Selain itu, pada dialog tersebut juga disampaikan bahwa PJJ memang memberi tantangan tersendiri bagi insan pendidikan, baik siswa maupun guru. Namun, PJJ masih akan menjadi model pembelajaran yang digunakan beberapa waktu ke depan.
Oleh sebab itu, menurut Putra, perlindungan kesehatan harus dijadikan prioritas oleh guru dan orangtua. Guru harus bekerja sama dengan orangtua untuk memberikan pendidikan protokol kesehatan kepada anak.
Baca Juga: Dokter Reisa Broto Asmoro: Anak di Indonesia Hadapi Situasi Sulit Selama Pandemi
Vaksinasi juga perlu digencarkan untuk insan pendidikan supaya terlindung dari gejala berat Covid-19. Begitu juga dengan literasi protokol kesehatan. Dengan semakin kondusifnya situasi pandemi, intensitas PTM dapat ditingkatkan.
Sembari menunggu PTM penuh terwujud, guru bisa menjadikan PJJ peluang pengembangan kompetensi dan mengevaluasi kurikulum yang berlaku.
“(Pembelajaran) daring di masa pandemi juga membuat kita tahu, apa yang harus disederhanakan dari kurikulum kita,” kata Putra.
Mendorong guru menemukan cara mengajar baru
Mengamini perkataan Putra Nababan, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi menyatakan bahwa pandemi juga menggairahkan guru untuk menemukan cara baru dalam mengajar.
“Yang paling dibutuhkan guru abad ini adalah yang relate (sesuai, berhubungan) dengan kebutuhan anak. Transformasi kurikulum juga diperlukan sehingga dinamis sesuai kebutuhan. Selain kompetensi ilmu pengetahuan, keterampilan dan karakter juga harus diperhatikan,” kata Unifah.
Ia menyebutkan, guru dapat merumuskan pembelajaran bersama siswa sesuai kompetensi dan kebutuhan, serta mendorong pembelajaran yang bersifat personalize learning.
Unifah meyakini saat ini, sumber belajar bisa didapatkan di mana saja. Sedangkan di kelas, murid dan guru dapat menyelenggarakan hal-hal seperti komunikasi, kolaborasi, atau memecahkan masalah. Ia optimistis para guru di Indonesia dapat memulihkan pendidikan
Baca Juga: Hitam-Putih Dampak Bermain Gim di Masa Pandemi, Ini Saran Peneliti
PJJ memang menghadirkan tantangan, tetapi dapat menjadi kesempatan bagi guru untuk berinovasi dan mengasah kreativitas dalam proses belajar mengajar.
Hal yang sama dikatakan oleh Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Zain. Pada kesempatan yang sama ia mengatakan, pembelajaran daring mendorong guru untuk kreatif.
Ia mencontohkan guru yang berada di wilayah terpencil dengan kendala internet. Apabila terlalu berat untuk menyampaikan pelajaran atau tugas secara online menggunakan kuota internet, guru bisa mencoba fitur voice message.
Namun, lanjut Zain, kemampuan guru juga harus ditingkatkan supaya dapat menyesuaikan dengan situasi pandemi dan pascapandemi
“Kunci pemulihan pendidikan adalah para guru. Kompetensi guru juga harus ditingkatkan karena tugas utamanya tidak hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan karakter baik,” kata Zain.
Baca Juga: Kisah Masyarakat Adat Amerika dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
Adapun upaya peningkatan kompetensi yang dimaksud Zain adalah kecakapan digital. Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, saat ini pihaknya sudah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam program Madrasah Makin Cakap Digital. Menurut Zain, guru juga perlu diberikan akses ke perpustakaan nasional.
Sementara, menurut guru sekaligus influencer, Mardimpu Sihombing, guru adalah agen perubahan, penggerak, pembelajar. Guru diharapkan memberikan ide untuk perubahan dalam pendidikan.
“Guru harus menghamba pada anak didik. Harus diciptakan sistem pendidikan yang terfokus pada peserta didik dan dapat mengidentifikasi minat bakat peserta didik,” tutur guru yang dikenal karena konten pembelajaran melalui media Tiktok ini.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR