"Kemungkinan api ini berbentuk seperti bola berdiameter sekitar 5 hingga 10 meter, mencapai suhu 1.000 derajat Celsius," jelasnya.
Rein mengunjungi taman nasional bernama Burning Mountain National Park ini pada tahun 2014. Tidak seperti api biasa, api lapisan batu bara di wilayah itu menyala di bawah tanah. Api itu membara, yang berarti tidak ada lidah api dan lebih seperti bara api di acara barbekyu, bukan api batu bara biasa.
Api di Gunung Wingen saat ini menyala sekitar 30 meter di bawah tanah, dan bergerak ke selatan dengan kecepatan sekitar 1 meter per tahun.
Jika Anda mengunjungi taman nasional yang terbuka untuk turis itu, satu-satunya bukti keberadaannya saat ini adalah asap dan abu putih, tanah yang hangat saat disentuh, bebatuan yang berubah warna menjadi kuning dan merah, dan bau belerang yang terpancar seperti ada api di bawah yang memasak mineral-mineral gunung.
Banyak kebakaran lapisan batu bara yang terjadi di dunia, terutama di India, Tiongkok, dan Amerika Serikat, disebabkan oleh campur tangan manusia seperti pertambangan batu bara. Sebagai contoh, pikirkan kebakaran terkenal di bawah Centralia, Pennsylvania, yang telah terbakar selama hampir 60 tahun.
Tapi itu periode kebakaran di Centralia itu hanyalah sekejap mata jika dibandingkan dengan ribuan tahun kebakaran Burning Mountain.
Baca Juga: Penemuan Arang Kuno Ungkap Antarktika Dulunya Pernah Terbakar Hebat
Pertanyaanya, siapakah yang menyalakan api di Burning Mountain? Menariknya, tidak ada yang yakin apa yang pertama kali memicu nyala api tersebut.
Menurut Rein, penyebab alami adalah sumber yang paling mungkin. "Anda tidak dapat mengesampingkan gangguan antropogenik, tetapi kemungkinan besar itu adalah penyebab alami," jelasnya. "Itu bisa jadi kebakaran hutan dari sambaran petir yang memicu singkapan tersebut. Atau bisa juga pengapian dengan pemanasan sendiri."
Pengapian dengan pemanasan sendiri terjadi ketika lapisan batubara cukup dekat dengan permukaan sehingga batubara dapat terpapar oksigen. Jika ada cukup hari cerah dan panas berturut-turut –sesuatu yang akan kita lihat lebih banyak dengan adanya perubahan iklim– permukaan batubara jadi memanas dan menjadi cukup panas untuk memanaskan potongan berikutnya di lapisan, yang akhirnya memicu pengapian atau pembakaran.
Baca Juga: Tiongkok Akan Berhenti Membangun PLTU Batu Bara di Luar Negeri
Studi menunjukkan bahwa titik pemanasan sendiri untuk batubara dapat berkisar dari hanya 35 hingga 140 derajat Celsius.
Yang mungkin lebih menarik adalah kita juga tidak tahu persis berapa umur api itu. Pengukuran-pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jalur api itu setidaknya mencakup panjang sekitar 6,5 kilometer.
Hal itu menunjukkan bahwa api tersebut telah menyala setidaknya selama 6.000 tahun. Namun para peneliti telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa api tersebut mungkin telah menyala lebih lama.
"Bukan hanya berusia 6.000 tahun... setidaknya 6.000 tahun," kata Rein. "Itu sebenarnya bisa berusia ratusan ribu tahun."
Baca Juga: Awal Mula Pemberontakan Buruh Tambang Batu Bara Sawahlunto 1927
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR