Nationalgeographic.co.id—Salah satu situs bersejarah di Kota Paris adalah katedral Notre Dame yang telah menjadi saksi pergolakan sejarah di Perancis. Sebuah katedral yang diyakini sebagai penjaga kota dari kehancuran.
Apabila melintasi kawasan Notre Dame de Paris, sebuah katedral bernuansa abad pertengahan, menyajikan pemandangan yang aneh dan unik. Kota Paris seperti sedang diamati oleh ratusan patung berbentuk aneh hingga mengerikan.
Katedral Notre Dame berdiri sejak pertengahan abad ke-13, dengan gaya arsitektur yang mencerminkan gaya seni abad pertengahan. Ia menjadi saksi dari evolusi dan revolusi bangsanya.
Gargoyle umumnya muncul di banyak gereja Khatolik sebagai simbol dari kekuatan, yang umumnya pada awal abad ke-12, lebih banyak digambarkan dalam bentuk naga-naga yang menakutkan.
Simbolisme katedral sebagai 'saksi' sepertinya dipersonifikasi oleh seorang arsitektur abad pertengahan. Anehnya, personifikasi katedral dibuat dengan batu-batu dengan bentuk-bentuk aneh dan cenderung menakutkan.
"Katedral telah dipersonifikasikan menjadi sosok-sosok batu yang aneh, bentuknya setengah manusia di bagian atapnya, yang mereka sebut dengan gargoyle," tulis Wolfgang Liar kepada Considerable.
Ia menulis tentang patung-patung batu aneh dan mengerikan di atas ketinggian katedral Notre Dame, dalam artikelnya berjudul The gargoyles of Notre Dame, witnesses to so much, yang terbit pada 2019.
Arsitektur gotik nan estetik menjadi simbolisme katedral yang telah menjadi saksi bisu sejarah Perancis. "Mereka digambarkan sebagai setan atau roh jahat yang selamanya tetap berada di luar katedral," imbuhnya.
Gargoyle dalam bahasa Perancis disebut dengan gargouille, yang artinya tenggorokan. Sebagaimana julukannya, tenggorokan-tenggorokan patung gargoyle berfungsi sebagai penyembur air, drainasi dari pipa-pipa rumit di katedral.
"Sebagian besar dari mereka berfungsi untuk menyemburkan air hujan melalui pipa-pipa rumit di katedral," terusnya. Meski sebagai drainase air hujan, sebagian besar dari patung gargoyle adalah bentuk dari simbol alam supranatural atau makhluk-makhluk mitologi.
Selama berabad-abad lamanya, patung drainase penyembur air hujan juga rentan terhadap erosi. Banyak yang telah rusak akibat erosi, pada akhirnya dihancurkan selama Revolusi Prancis tahun 1780-an.
Pemugaran katedral berlangsung selama 25 tahun pada pertengahan tahun 1800-an, dan gargoyle—termasuk gargoyle Viollet-le-Duc, arsitek yang mengawasi restorasi— mulai direstorasi dan diukir ulang, memberikan kehidupan baru bagi patung-patung tersebut.
"Sekarang, setelah selamat dari kehancuran revolusi, perang abad ke-20—dan bahkan restorasi Victoria—gargoyle menunjukkan dalam periode tergelap sekalipun, mereka tidak dapat dihancurkan," ungkap Wolfgang Liar tentang kepercayaan bangsa Perancis.
Baca Juga: Mitologi Kraken, Mahluk Laut Raksasa yang Ditakuti Para Pelaut
Sebagaimana disebut dalam artikel berjudul Gargoyle Notre-Dame, pada laman Paris City Vision, menjelaskan tentang peran-peran gargoyle dari kehancuran katedral dari erosi hingga revolusi.
"Tujuan utama gargoyle sangat praktis. Saat air hujan mengalir di atap Notre-Dame de Paris, air hujan itu mengalir tanpa menetes ke dinding dan berpotensi merusaknya (menyebabkan erosi)," ungkapnya.
Dengan cara mengevakuasi air hujan, gargoyle melindungi katedral dan melindungi dinding-dinding batu dari kerusakan yang disebabkan oleh limpasan yang berlebihan.
"Banyak gargoyle menggambarkan beberapa versi naga. Mulut menganga dari gargoyle ini, mengingatkan orang awam akan perlunya perlindungan gereja," tulis Paris City Vision dalam lamannya.
"Mereka mewakili monster-monster yang terinspirasi oleh bestiaries yang fantastis, binatang buas, dan bahkan jelmaan setengah manusia," terusnya.
Di sisi lain, monster-monster ini juga berperan menjauhkan iblis dan kekuatan roh jahat dari tembok suci yang melindungi para pengunjung gereja, dengan cara menakut-nakuti mereka.
Baca Juga: Makara, Monster Laut Berbelalai dalam Mitologi Hindu dari Srilangka
Source | : | Considerable.com,Paris City Vision |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR