Cerita cinta di seputar masa perang antara pemimpin Chu Xiang Yu dan selirnya Yu Ji yang sangat terkenal setelah didramatisir di opera Peking ‘Farewell My Concubine’ (Selamat Tinggal Selirku).
Artikel terkait: Berkunjung ke Rumah Budaya Desa Sambong
Di mata Yang Liping, cerita berusia 2000 tahun itu sama relevannya dengan hari ini.
"Meskipun perang ini terjadi 2000 tahun yang lalu, masih banyak peperangan yang terjadi, begitu banyak pengungsi miskin dan kehilangan tempat tinggal, karena itulah kami meletakkan cerita ini di atas panggung, saya ingin menunjukkan sisi gelap dari realitas kami."
Untuk mencapai visinya, Yang merekrut sutradara peraih Oscar Tim Yip untuk mengerjakan desain kostum, begitu juga dengan seniman instalasi Liu Beili untuk merancang panggung dan alat peraga, dan direktur teater ternama, Tian Qinxin sebagai konsultan.
Gender dan keragaman etnis
Yang Liping mengatakan bahwa latar belakang etniknya memberi tahu keragaman tim yang dia bawa bersama untuk pementasan lakon ‘Under Siege’, yang mencakup para pemain dengan latar belakang etnis yang berbeda.
Dia juga menantang norma gender, dengan bersikeras menjadikan seorang aktor laki-laki memainkan peran selir Yu Ji, dan mendorong seniman instalasi Liu Beili untuk menciptakan bagian-bagian yang keras dan kuat untuk menghiasi panggung, termasuk puluhan ribu gunting yang tergantung di atas panggung, dan bulu merah ke digunakan sebagai darah
"Karya seni seorang wanita juga bisa jadi kejam dan kuat."
Selama kunjungannya ke Australia, Yang Liping mengatakan bahwa dia merasakan adanya hubungan antara etnis minoritas Yunnan dengan penduduk asli Australia (Aborijin).
"Di provinsi Yunnan, ada kelompok etnis minoritas bernama Wa. Penampilan, adat istiadat, tarian, dan bahkan musik mereka serupa dengan orang asli Australia (Aborijin)."
Bahkan tanpa bahasa tutur yang sama, Yang berharap bisa berkomunikasi dengan masyarakat Australia melalui tarian.
Artikel terkait: Mungkinkah Leonardo da Vinci Melukis Lukisan "Mona Lisa Telanjang"?
"Tari adalah apa yang saya gunakan untuk berkomunikasi dengan dunia luar, terutama saat saya datang ke negara dengan hambatan bahasa.
"Tidak masalah dari kelompok etnis mana saya berasal - saya menggunakan tarian sebagai bahasa saya untuk berkomunikasi dengan audiens dari semua latar belakang."
Artikel ini sudah pernah tayang di australiaplus.com dengan judul Legenda Tari dari China Gelar Pementasan di Melbourne.
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR