Nationalgeographic.co.id—Saat dunia modern tengah diramaikan dengan kekayaan pemilik Amazon atau Tesla, atau Raffi Ahmad dengan isunya yang marak di jagat maya Nasional, sejarah pernah memperkenalkan sosok Mansa Musa (Musa I), seorang raja dari Mali.
Sejarah tentang Afrika Barat tak pernah disinggung di bangku sekolah, menjadi hal yang maklum jika mendengar nama Mansa Musa. Mansa Musa (Musa I dari Mali) adalah penguasa kerajaan Mali dari tahun 1312 M hingga 1337 M.
"Para sejarawan tampaknya telah bergulat dengan tingkat kekayaannya yang dimiliki kala itu," tulis Henry Garnett kepada Boss Hunting. Ia menulis dalam artikel berjudul The Story Of Mansa Musa: The Richest Man In Human History, publish pada 4 Januari 2022.
"Catatan kontemporer tentang kekayaan Musa begitu luar biasa, hingga hampir tidak mungkin untuk merasakan betapa kaya dan kuatnya dia sebenarnya," ungkap Rudolph Butch Ware, profesor sejarah di University of California dalam tulisan Garnett.
Mansa Musa mewarisi kerajaan yang sudah kaya raya. Pada titik ini, sebagian besar kerajaan di Eropa sedang berjuang secara finansial karena penurunan produksi emas dan perak.
"Sebagian besar kekayaan Musa berasal dari penambangan garam dan deposit emas yang signifikan di kerajaan Mali, serta gading gajah," ungkapnya. Upayanya dalam memperluas perdagangan, membuat Mali menjadi kerajaan terkaya di Afrika saat itu.
Ia juga seorang pemimpin militer yang sukses yang mampu merebut 24 kota, mencaplok kota Timbuktu, dan membangun kembali kekuasaan atas Gao. Mansa menguasai Mauritania, Senegal, Gambia, Guinea, Burkina Faso, Mali, Niger, Nigeria, dan Chad modern.
"Untuk memenuhi salah satu dari lima rukun Islam, Mansa Musa melakukan ziarah (haji) sejauh 4.000 mil (6.400 kilometer) ke Mekah dengan kafilah 60.000 orang," tambah Garnett.
Lengkap dengan 1.000 pengiring, 100 unta yang masing-masing memuat 136 kilogram emas, pemusik pribadinya sendiri, dan 500 budak yang membawa tongkat emas, perjalanan ini menyebarkan berita kekayaannya ke seluruh daratan Mediterania.
"Atlas Catalan, dibuat pada 1375 M oleh kartografer Spanyol, menggambarkan Mansa Musa duduk di atas takhta, memegang bongkahan emas di satu tangan dan tongkat emas di tangan lainnya," jelasnya lagi.
Berkat catatan-catatan sejarah itulah, Mansa Musa selamanya dikenal dalam imajinasi global dan memori kolektif para sejarawan dunia, memperkenalkannya sebagai sosokterkaya yang pernah berjalan di muka bumi.
Selain kaya raya, ia juga seorang yang beriman, berpendidikan, dan filantropi. Mansa Musa dikenal sering memberikan hadiah kepada pejabat tinggi yang ditemuinya, termasuk Sultan Mesir.
Saat singgah di Kairo, ia memberikan begitu banyak emas kepada orang miskin sehingga menyebabkan inflasi massal di Mesir selama 12 tahun ke depan. Perjalanan itu juga memicu serangan angkatan laut Portugis di Mali yang akan dimulai pada abad ke-15.
Setelah kembali dari Mekah, Mansa Musa mulai merevitalisasi kota-kota di kerajaannya. Dia membangun masjid dan bangunan umum besar seperti Masjid Djinguereber yang legendaris di Timbuktu, yang masih berdiri hingga kini.
Dilansir dari The Week, dalam laman resminya, menyebut pada saat kematiannya, tanah miliknya diperkirakan bernilai $340 miliar dalam bentuk uang modern seperti yang dijumpai hari ini, itu berkisar hampir 2% dari total output ekonomi Amerika Serikat.
The Week menyebut kekayaannya dalam artikel yang dipublikasikan pada 1 Desember 2021, berjudul Who is the richest person of all time?: Mansa Musa I of Mali, Nicholas II of Russia and John D. Rockefeller are among the richest ever.
Meski belum dapat diketahui secara detil berapa jumlah kekayaannya saat Mansa Musa masih hidup, para sejarawan meyakini bahwa ialah orang yang paling kaya sepanjang sejarah.
Baca Juga: Kontradiksi Pangan Organik: Benarkah Ditakdirkan untuk Orang Kaya
Source | : | The Week UK,Boss Hunting |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR