Nationalgeographic.co.id - Gempa yang terjadi pada akhir Januari 2018 lalu menjadi sebuah pengalaman yang tidak terlupakan bagi warga Jakarta. Bukan tanpa alasan, gempa yang berpusat pada 91 kilometer baratdaya Lebak, Banten ini ternyata dirasakan kuat oleh warga Jakarta.
Semua orang berhamburan ke luar gedung perkantoran, sebagian lagi bertahan di bawah meja karena mereka bekerja pada lantai atas.
Tidak hanya dirasakan oleh warga Jakarta, namun gempa dengan kedalaman 61 kilometer ini juga dirasakan oleh warga Bogor, Bekasi, Tangerang Selatan dan Garut.
Baca juga: Power Bank Dilarang di Pesawat, Ini yang Harus Diperhatikan
Gempa Banten yang terasa besar di Jakarta kemarin juga menandai aktivitas zona tektonik di selatan Jawa yang semakin meningkat. Hal ini ditegaskan oleh Irwan Meilano, ahli geodesi kebumian di Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada Kompas.com pada Selasa (23/1/2018) lalu.
Pembicaraan mengenai gempa megathrust pun menjadi topik yang semakin hangat dan banyak dibicarakan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa Jakarta berpotensi terus menerus terdampak gempa dari patahan di sekitarnya. Hal ini disampaikan Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG Pusat dalam acara diskusi antara BMKG dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Jakarta, pada Rabu (28/2/2018).
Potensi gempa raksasa di zona subduksi (tumbukan lempeng) Selat Sunda itu disimpulkan dari keberadaan kosong gempa (seismic gap) sepanjang 350-550 kilometer (km). Zona kosong gempa itu sangat mungkin menyimpan potensi gempa raksasa karena energi dari gesekan dua lempeng bumi masih tersimpan.
"Dengan membuat estimasi lebar dan slip-nya dikalikan panjang seismic gap itu, kami perkirakan potensi kekuatan gempanya dan ketemu sekitar Mw 9 itu," kata peneliti tsunami pada Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Widjo Kongko, Senin (31/3), di Jakarta.
Peneliti gempa bumi dari Pusat Penelitian Geo Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Eko Yulianto, mengatakan potensi gempa raksasa di Selat Sunda menjadi pengetahuan umum peneliti. "Setelah gempa Aceh 2004 dan Sendai 2011, kalangan ilmuwan meyakini bahwa gempa dan tsunami raksasa bisa terjadi di seluruh zona subduksi di mana pun," kata dia.
Di Indonesia, potensi gempa besar dapat terjadi di zona subduksi Mentawai, Selat Sunda, selatan Bali, Flores, hingga sekitar Ambon dan Papua. Eko pernah meneliti endapan tanah di sekitar Sungai Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat, untuk mencari jejak tsunami masa lalu. Ditemukan jejak tsunami besar 400 tahun lalu. "Data ini harus dikonfirmasi dengan pengeboran," tambah Eko.
Bersiap menghadapi
"Apapun kajian para pakar, gempa masih akan terus terjadi. Namun yang belum bisa dipastikan adalah kapan gempa itu terjadi dan berapa kekuatannya" kata Dwikorita.
Dengan demikian, persiapan menghadapi gempa adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan sebagai orang yang tinggal di dalam negara dengan jumlah patahan dan gunung berapi yang tidak sedikit –– penyebab gempa teknotik dan vulkanik.
Sambil menunggu pemerintah mempersiapkan infrastruktur dalam menghadapi gempa besar yang bisa datang kapanpun, ada baiknya kita juga mempersiapkan diri dengan menyiapkan beberapa perlengkapan. Tujuannya adalah ketika gempa besar terjadi, kita hanya perlu membawa satu set perlengkapan (dalam tas) dan pergi ke luar rumah menuju tempat yang aman.
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah tepi pantai, kesiapan ini sangat diperlukan terutama bila peringatan tsunami dikeluarkan. Berikut ini adalah daftar barang yang diperlukan yang dihimpun dari laman Priceza.
Baca juga: Mengukur Radiasi Bencana Nuklir Fukushima Setelah Tujuh Tahun
Seluruh perlengkapan ini dimasukan ke dalam satu tas dan disimpan pada tempat yang mudah dijangkau agar sewaktu-waktu dapat diambil saat hendak pergi meninggalkan rumah ataupun kantor.
Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah jangan mudah percaya dengan informasi-informasi yang beredar di masyarakat terkait tanggal dan waktu terjadinya gempa secara rinci. Sampai saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi secara detil mengenai kapan sebuah gempa akan terjadi.
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR