Berbagai laporan terus muncul berkenaan dengan bagaimana media sosial dapat memengaruhi beberapa aspek seseorang, mulai dari waktu tidur hingga personality atau dampak bagi citra diri orang tersebut.
Namun sebuah penelitian yang bariu ini dilakukan mencoba menyoroti adakah perbedaan gender turut menjadi penentu pada efek jangka panjang media sosial yang dirasakan.
Penelitian tersebut berjudul "Gender differences in the associations between age trends of social media interaction and well-being among 10-15 year olds in the UK" yang diterbitkan dalam jurnal BMC Public Health pada 20 Maret.
Baca juga: Narsisme Visual di Instagram Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Mental
Peneliti dari University of Essex and University College London ini melakukan penelitian dan menemukan fakta bahwa penggunaan media sosial yang telah dimulai sejak usia 10 tahun dapat terus merugikan remaja perempuan lebih dari rekan-rekan pria mereka. Lebih parah lagi, studi tersebut menuliskan bahwa efeknya bahkan dapat mencapai usia dewasa.
"Temuan kami menunjukkan bahwa penting untuk memantau interaksi awal dengan media sosial, terutama pada anak perempuan, karena ini dapat berdampak pada kesejahteraan mereka di masa remaja dan mungkin sepanjang masa dewasa," ulas Dr. Cara Booker, Rekan Peneliti, dan Wakil Direktur Studi Pascasarjana di Universitas Essex.
Booker dan rekan-rekannya memeriksa data dari sebuah survei di Inggris dan mengumpulkan berbagai informasi mengenai 9.859 remaja dari tahun 2009 hingga 2015. Responden yang diteliti adalah anak-anak berusia 10 hingga 15 tahun.
Mereka kemudian diminta melaporkan jumlah jam yang mereka habiskan di media sosial pada hari sekolah biasa serta tingkat kebahagiaan yang mereka rasakan terkitait dengan aspek kehidupan nyata mereka seperti keluarga dan sekolah. Diakhir para responden diminta mengisi kuesioner yang digunakan untuk mendeteksi masalah emosi dan perilaku pada masing- masing individu.
Baca juga: Satu Jam Bermain Media Sosial Bisa Merusak Pola Tidur
Hasilnya, peneliti menemukan interaksi media sosial mulai meningkat pada anak laki- laki dan perempuan pada usia tersebut. kelompok terakhir adalah pengguna yang lebih menonjol. Pada usia 13 tahun, hampir 50% anak perempuan menghabiskan lebih dari satu jam sehari di media sosial dibandingkan dengan 32% anak laki-laki pada usia yang sama.
Sedangkan pada usia 15 tahun, angka tersebut meningkat menjadi 59% untuk anak perempuan dan 46% untuk anak laki-laki. Berdasarkan data yang mereka laporkan pada kuesioner, anak pada usia tersebut merasakan adanya penurunan kesejahteraan yang mereka rasakan.
Skor kebahagiaan tersebut menurun hampir tiga poin (dari 36,9 menjadi 33,3) pada anak perempuan dan dua poin (dari 36,02 menjadi 34,55) pada anak laki-laki.
Adapun peneliti menjelaskan alasan di balik perbedaan mencolok ini, penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan mungkin lebih cenderung terlibat dalam perbandingan sosial ke atas, yang merupakan kecenderungan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih baik dari dirinya.
Namun meski demikian, ternyata ada keterbatasan utama dari studi ini, yaitu bahwa angka-angka itu mungkin sangat diremehkan karena data yang digunakan hanya mengukur penggunaan media sosial pada hari-hari sekolah dan bukan akhir pekan.
Para penulis menjelaskan bahwa memang perubahan perilaku yang mencolok akibat teknologi, namun hingga saat ini peneliti mengakui masih terlalu dini untuk memahami efek jangka panjang apa yang akan dialami akibat penggunaan media sosial dini terhadap kesehatan mental.
"Kami berharap ini akan menjadi bukti yang berguna bagi para pembuat kebijakan untuk melihat apakah waktu yang dihabiskan di media sosial berdampak pada kesehatan. Ada juga himbauan kepada industri teknologi untuk melihat batas waktu yang dibangun. Studi kami benar-benar mendukung hal ini - jumlah peningkatan waktu online sangat terkait dengan penurunan kesejahteraan pada anak muda, terutama untuk anak perempuan, " tutup Dr. Booker, yang terus mendorong adanya batasan jumlah jam yang dihabiskan di media sosial.
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR