Sejalan dengan upaya Tambora Muda yang terus menggerakan partisipasi anak muda, National Geographic Indonesia selaku media juga ikut memberi dorongan serupa.
Dalam kesempatan tersebut, Editor in Chief National Geographic Indonesia Didi Kaspi Kasim menyatakan bahwa media memiliki peran melipatgandakan kekuatan aksi dan gerakan yang sudah dilakukan anak muda saat ini.
Baca Juga: Pasangan Penguin Jantan di AS Sukses Mengerami Telur Hingga Menetas
"Kami menemukan ada generasi yang cemas, bagaimana bisa mengatasi perubahan iklim, bagaimana menjaga food security (ketahanan pangan), bagaimana menjaga kelestarian kehati. Di sinilah peran media untuk memberi arahan,"ujar Didi.
Terkait dengan zoonosis, National Geographic Indonesia mengemas edukasi tersebut melalui program Bercerita Bersama Natgeo Indonesia.
Didi menyebut, media berperan memberi sudut pandang yang lebih luas mengenai pelestarian alam, terutama mengurai kaitannya dengan timbulnya wabah zoonosis.
"Untuk zoonosis, kami tidak membawa kesadaran dari segi pangannya saja, tetapi juga dari bagaimana dampak sehari-hari yang mungkin terjadi apabila keseimbangan manusia, hewan, dan alam berjalan selaras,” ujarnya.
Baca Juga: Vila Gua Kaisar Romawi Tiberius dan Insiden yang Berujung Hukuman Mati
Video bertajuk “Surveilans Triangulasi, Upaya Meredam Wabah Penyakit Baru” menjadi salah satu contoh keharmonisan manusia, hewan, dan lingkungan.
Dalam video tersebut, National Geographic bersama FAO mengisahkan tentang kehidupan masyarakat desa Janetaesa, Maros, Sulawesi Selatan yang berhasil hidup berdampingan dengan habitat kelelawar buah.
Melalui video tersebut, Didi berharap, semakin banyak kaum muda yang memahami tentang penerapan One Health sekaligus pentingnya kolaborasi antar generasi. Dengan begitu, misi untuk menekan potensi zoonosis di masa depan pun bisa tercapai.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR