"Menggunakan sampel debu laboratorium yang disiapkan secara khusus dengan berbagai ukuran, eksperimen membuktikan bahwa proses tersebut bekerja secara efektif pada instalasi uji skala laboratorium," tambah Panat.
Baca Juga: Inovasi Panel Surya Guna Memecahkan Masalah Energi dan Pangan
Baca Juga: Rencana Ilmuwan Ciptakan Alat Penurun Hujan di Gurun Sahara
Baca Juga: Panel Surya Terapung dan Terbesar di Dunia Diluncurkan di Maladewa
Panat menerangkan eksperimen ini menunjukkan bahwa kelembaban di udara memberikan lapisan tipis air pada partikel yang ternyata sangat penting untuk membuat efeknya bekerja.
“Kami melakukan eksperimen pada berbagai kelembapan dari lima persen hingga 95 persen. Selama kelembaban sekitar lebih besar dari 30 persen, Anda dapat menghilangkan hampir semua partikel dari permukaan, tetapi saat kelembaban menurun, itu menjadi lebih sulit. Kabar baiknya kebanyakan gurun memiliki kelembaban sekitar 30 persen," jelas Panat.
Dalam praktik skala besar, nantinya setiap panel surya dapat dilengkapi pagar di setiap sisinya dan elektroda yang memanjang di atas permukaan. Sebuah motor listrik kecil akan menggerakkan sistem sabuk untuk memindahkan elektroda dari satu ujung panel ke ujung lainnya dan membersihkan panel.
Seluruh proses dapat diotomatisasi atau dikendalikan dari jarak jauh. Lalu, strip tipis bahan transparan konduktif dapat diletakan secara permanen di atas panel, menghilangkan kebutuhan akan bagian yang bergerak.
"Dengan menghilangkan ketergantungan pada air dan penumpukan debu yang dapat mengandung senyawa korosif. Inovasi ini dapat menurunkan biaya operasional secara keseluruhan dan memiliki potensi untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi dan keandalan PLTS secara holistik," pungkas Varanasi.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | SciTechDaily |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR