Nationalgeographic.co.id—Ilmuwan Australia melaporkan telah menemukan kembali Prasophyllum morganii atau yang juga dikenal sebagai anggrek Leek Cobungra atau anggrek Leek Mignonette yang telah hilang selama 89 tahun. Spesies ini telah dianggap punah berdasarkan Undang-Undang Jaminan Flora dan Fauna Victoria tahun 1988 dan Saran Komite Ilmiah Spesies Terancam.
Diketahui, Prasophyllum morganii adalah spesies anggrek endemik di daerah kecil di Victoria. Anggrek tersebut pertama kali dikumpulkan dari satu populasi di Victoria, Australia, pada tahun 1929, tetapi belum dikumpulkan sejak tahun 1933.
Kemudian, spesies anggrek ini dideskripsikan pada tahun 1930 sebagai herba terestrial kecil yang menghasilkan daun tunggal dengan panjang 12-20 cm. Anggrek ini juga dideskripsikan memiliki batang berbunga tunggal berwarna hijau hingga kemerahan setinggi 20-25 cm dengan 50-80 bunga non-resupinat atau bunga yang menghadap ke atas yang padat.
Satu-satunya populasi Prasophyllum morganii yang tercatat ditemukan pada tahun 1929 di lahan pribadi dekat Cobungra, Victoria. Di lahan tersebut, hanya terdapat kurang dari 15 Prasophyllum morganii.
Tapi sejak tahun, 1933, Prasophyllum morganii tidak pernah terlihat lagi meskipun telah dilakukan survei ekstensif oleh para pencinta anggrek. Anggrek spesies ini kemudian dinyatakan punah pada tahun 1988 hingga kemudian ditemukan kembali baru-baru ini.
Laporan penemuan tersebut telah dipublikasikan di jurnal Phytotaxa dengan judul "The Kiandra leek orchid is the previously presumed extinct mignonette leek orchid (Orchidaceae; Orchidoideae): evidence from morphological comparisons" baru-baru ini. Publikasi tersebut merupakan jurnal akses terbuka yang dapat didapatkan secara daring.
Para ilmuwan mengatakan, sebelum penemuan ini, sebenarnya anggrek yang mirip dengan Prasophyllum morganii sempat ditemukan dan dideskripsikan dari Taman Nasional Kosciuszko, New South Wales. Spesies anggrek tersebut kemudian diberi nama Prasophyllum retroflexum, umumnya dikenal sebagai anggrek daun bawang Kiandra.
Namun, penulis senior studi baru ini Dr. Noushka Reiter mengatakan, bahwa Prasophyllum retroflexum sebenarnya adalah Prasophyllum morganii. Reiter merupakan ilmuwan peneliti senior di Royal Botanic Gardens Victoria.
"Temuan ini akan meningkatkan upaya untuk melestarikan spesies ini di masa depan," kata Reiter seperti dikutip Sci-News.
Para peneliti kemudian menganalisis 51 ciri morfologi pada 14 koleksi lapangan dan 13 spesimen herbarium Prasophyllum retroflexum, dan enam koleksi herbarium yang telah dianggap punah Prasophyllum morganii.
Selain itu, para peneliti juga melakukan perbandingan jenis kedua spesies dengan spesimen lapangan dan herbarium. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan 35 karakter, dan penentuan dilakukan pada rentang-standar data.
Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan morfologi antara spesimen yang diidentifikasi sebagai Prasophyllum morganii dan Prasophyllum retroflexum, dan para ilmuwan kemudian menyimpulkan bahwa mereka sejenis.
"Sungguh kejutan yang menyenangkan mengetahui bahwa Prasophyllum morganii masih ada, namun masih terancam punah, dan kita perlu melindunginya," kata Reiter.
"Taksonomi yang baik, yaitu pendeskrisian tumbuhan dan hewan yang akurat, memperkuat konservasi tumbuhan langka dan terancam punah seperti ini."
Baca Juga: Menyelamatkan Ribuan Spesies Anggrek Liar di Kalimantan dari Kepunahan
Baca Juga: Spesies Anggrek Baru nan Langka Ditemukan di Pegunungan Andes
Baca Juga: Mengenal Eulophia Lagaligo, Spesies Anggrek Terbaru dari Sulawesi
Baca Juga: Bulbophyllum irianae, Spesies Anggrek Baru Yang Ditemukan di Papua
Menurutnya, ketika kita lebih memahami spesies anggrek, karakteristiknya, distribusi dan ekologinya, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk melestarikannya. Dalam studi tersebut, peneliti kemudian menganalisis spesimen jenis asli Prasophyllum morganii dan 33 herbarium dan spesimen yang dikumpulkan di lapangan untuk mendapatkan hasilnya.
Sementara itu, penulis pertama studi ini Dr. Bronwyn Ayre mengatakan, pekerjaan mereka tidak akan mungkin terjadi tanpa spesimen yang disimpan di State Botanical Collection di National Herbarium of Victoria. Ayre merupakan seorang peneliti di Departemen Ekologi, Lingkungan dan Evolusi di La Trobe University dan Royal Botanic Gardens Victoria.
"Sungguh menakjubkan dapat membandingkan bunga yang dikumpulkan lebih dari 90 tahun yang lalu, dengan yang baru saja kami kumpulkan sendiri," kata Ayre.
Source | : | Sci News,Phytotaxa |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR