Dia mengatakan gejala gangguan kecemasan dan depresi dapat berubah dengan cepat. Ini harus diwaspadai oleh orang dewasa. Jadi, amati perubahan ekstrem dalam suasana hati atau perilaku pada anak-anak.
Baca Juga: Selama Pandemi, Depresi dan Kecemasan Meningkat Pada Ibu Hamil
Baca Juga: Berpelukan, 'Magic Touch' Pereda Stres yang Tabu di Indonesia
Baca Juga: Tak Hanya Orang Dewasa, Anak-anak Juga Alami Depresi Akibat Karantina Selama Pandemi
Menurut Lori Pbert, seorang seorang psikolog klinis di University of Massachusetts, penelitian lebih lanjut dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bukti lebih banyak mengenai pentingnya skrining gangguan kecemasan, depresi, dan bunuh diri pada anak dan remaja.
Sementara itu, profesional kesehatan harus menggunakan penilaian klinis mereka berdasarkan keadaan pasien. Setelah itu, mereka dapat memutuskan apakah akan melakukan skrining atau tidak.
Hal yang sama bisa terjadi di Indonesia. Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak perubahan bagi orang dewasa dan anak-anak. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi bagi setiap orang, tidak terkecuali anak kecil.
Jika Anda mengamati adanya gejala pada anak, seperti perubahan emosi yang tiba-tiba, tidak ada salahnya untuk melakukan skrining. Bahkan jika tidak ada gejala apa pun, pemeriksaan bisa dilakukan karena pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR