Proses mengeluarkan darah bertahan sebagai praktik medis umum hingga abad ke-19, ketika ilmu kedokteran kontemporer telah memengaruhi daratan Eropa.
Meskipun menjadi hal yang lumrah, praktik pengobatan reduksi darah ini juga dapat dengan mudah mengakibatkan kematian pasiennya karena kehilangan darah. Yang paling populer adalah kisah kematian George Washington.
Mantan presiden itu jatuh sakit, menderita demam dan sakit tenggorokan, serta sulit bernapas. Dokter segera bertindak, mengetahui bahwa dia harus mengeluarkan infeksi dari tubuh Washington secepat mungkin.
"Selama 10 jam berikutnya, tidak kurang dari 3,75 liter darah dikeluarkan dari tubuh Washington, dalam jumlah berkisar antara 12 hingga 18 ons sekaligus," tulis Katie Serena.
Serena menulisnya kepada All Thats Interesting dalam artikel yang berjudul "The Gross History Of Bloodletting And Medicine By Leeches" yang dipublikasi pada 18 September 2021.
Sebagai referensi, rata-rata manusia memiliki antara 4,7 dan 5,5 liter darah. Itu berarti bahwa lebih dari setengah dari semua darah di tubuh Washington telah dikeluarkan untuk kepentingan penyembuhan. Hingga Washington wafat diduga karena kehabisan darah.
Baca Juga: Makin Populer, Ilmuwan Terus Kembangkan Terapi Puasa untuk Pengobatan
Baca Juga: Perban dan Nanah pada Mumi Anak Ungkap Praktik Pengobatan Mesir Kuno
Baca Juga: Seorang Pria Memasukkan Belut ke Anusnya demi 'Sembuhkan' Sembelitnya
Para pasien yang mengalami perobekan dibagian kulitnya, bisa saja mengeluarkan darah yang tidak terkontrol hingga menyebabkannya kekurangan darah, dan yang terburuk adalah kematian.
"Praktik ini akhirnya tidak lagi populer setelah penelitian medis terbaru menunjukkan bahwa itu mungkin lebih berbahaya daripada praktik lain yang dapat menyembuhkan sakit dengan tanpa membahayakan pasiennya," sambung Andrews.
Meski sudah jarang ditemui praktik reduksi darah di era modern ini, tetapi praktik pengobatan lintah dan reduksi darah yang lebih terkontrol masih digunakan sampai sekarang, sebagai pengobatan untuk penyakit langka tertentu.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | History |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR