Nationalgeographic.co.id—Aristoteles pernah menegaskan dalam karyanya Politics bahwa posisi publik yang paling penting adalah sebagai sipir penjara. Adapun Pío Baroja, melalui mulut seorang tokoh dalam novelnya La lucha por la vida, menyamakan jabatan algojo dengan jabatan imam, militer dan hakim, sebagai pendukung masyarakat.
Ungkapan ini tampak masuk akal karena algojo mengemban tugas sekaligus kewenangan besar, yakni mengeksekusi mati orang-orang yang dianggap bersalah. Eksekusi mati yang mengerikan setidaknya banyak dilakukan oleh para algojo di era Romawi kuno.
Pada zaman Romawi kuno, ada beberapa teknik atau metode eksekusi mati yang pernah diberlakukan. Berikut ini lima metode eksekuti mati yang paling mengerikan di era Romawi kuno sebagaimana dikutip dari HistoryTen.
1. Hukuman Karung
Poena cullei, juga dikenal sebagai hukuman karung, adalah salah satu metode eksekusi mati Romawi yang paling mengerikan. Dalam metode ini, orang yang bersalah dimasukkan ke dalam karung dan dibuang ke dalam air untuk dibiarkan mati.
Hukuman ini diberikan kepada orang yang bersalah dalam hal parisida, yang berarti telah membunuh orang tuanya. Orang tersebut akan dimasukkan hidup-hidup ke dalam karung kulit dengan beberapa hewan, termasuk anjing, monyet, ular, dan ayam jago.
Karung itu kemudian akan diikat dan dibuang ke air yang dalam untuk memastikan orang di dalam karung itu mati di bawah air.
Metode hukuman ini pertama kali dilakukan sekitar tahun 100 Sebelum Masehi. Namun keberadaan awal metode eksekusi mati ini diperkirakan telah ada satu abad sebelumnya.
Pada awalnya hukuman ini hanya memasukkan ular ke dalam karung. Masuknya hewan-hewan lain dimulai setelah zaman kekaisaran Romawi.
Hukuman poena cullei disebut-sebut terkenal pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus. Di masa pemerintahannya sang kaisar disebut-sebut memiliki hukuman untuk memasukkan sang terpidana ke dalam karung bersama seekor ayam jantan, seekor monyet, seekor ular berbisa, dan seekor anjing.
Kaisar Hadrianus juga punya cara lain sebagai alternatif hukuman ini. Misalnya, pelakunya akan dilemparkan ke binatang buas di arena.
Teknik eksekusi ini disebut sempat berhenti sekitar abad ke-3 Masehi pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus. Namun metode eksekusi ini kemudian dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Kaisar Yustianus, setelah setelah sempat dihentikan selama sekitar 200 tahun.
2. Dilempar dari Batu Tarpeian
Batu Tarpeian (Tarpeian Rock) adalah tebing Romawi kuno yang terkenal sebagai tempat eksekusi paling mengerikan. Para pelakunya, termasuk para pengkhianat, pembunuh, dan budak pencuri dilempar dari tebing ini hingga mati.
Ketinggian tebing ini sekitar 80 kaki, dan proses ini adalah salah satu cara termudah untuk menghukum orang yang bersalah. Forum Romawi terlihat jelas dari atas tebing Tarpeian ini.
Menurut legenda, tebing itu diberi nama dari nama salah satu Perawan Vestal, Tarpeia – putri seorang komandan Romawi Spurius Tarpeiushad. Ketika Roma dikepung oleh orang-orang Sabine, Tarpeia membuka gerbang kota dan membiarkan musuh Romawi, Titus Tatius, masuk pada abad ke-8 Sebelum Masehi.
Dia melakukannya sebagai imbalan atas gelang dan cincin emas yang dikenakan oleh orang-orang Sabine. Tarpeia telah berkhianat saat Roma dikepung oleh orang-orang Sabine.
3. Dibakar Hidup-Hidup
Metode lain dari eksekusi mengerikan di Romawi Kuno dibakar hidup-hidup. Metode ini juga dikenal sebagai imolasi. Ini adalah metode yang diterapkan pada orang yang bersalah karena bid'ah, sihir, pemerkosaan, dan pengkhianatan.
Dalam metode ini, pelakunya atau orang yang bersalah akan diikat ke tiang tinggi dan pakaian berbasis papirus dengan lilin yang diletakkan di tubuhnya. Lilin tersbut terkadang bercampur dengan lemak babi, dan orang tersebut akan mati karena terkena panas yang ekstrem.
Ini adalah metode yang cenderung digunakan untuk eksekusi massal ketimbang mengeksekusi satu orang.
Selama masa pemerintahan Kaisar Nero pada tahun 64 Juli, Api Besar Roma membakar hampir dua pertiga wilayah Roma, menewaskan ratusan orang Romawi. Api bermula dari stadion kereta Circus Maximus.
Kaisar Nero menyalahkan orang-orang Kristen atas peristiwa bencana ini dan akhirnya menganiaya ribuan orang Kristen dan membakar mereka hidup-hidup, membiarkan mereka mati.
4. Kematian oleh Parasit
Kematian oleh parasit adalah metode eksekusi Romawi mengerikan lainnya yang ditakdirkan oleh Kaisar Domitianus, terutama bagi orang-orang Kristen.
Di bawah metode ini, orang-orang yang bersalah akan dimasukkan ke dalam tong setelah dicampur dengan susu dan madu. Seluruh tubuh akan direndam di dalam tong, sedangkan kepala akan mencuat dari tong. Tong kemudian akan disimpan di bawah sinar matahari yang cerah agar tubuh membusuk.
Tubuh akan mulai membusuk dalam beberapa hari hingga beberapa minggu, dan parasit yang lahir dari dalam akan membunuh orang tersebut. Juga, madu dan susu akan menarik serangga membuat tubuh membusuk lebih cepat dan lebih mudah.
Baca Juga: Eksekusi Sadis dan Kematian Mengerikan Tahanan Romawi di Koloseum
Baca Juga: Eksekusi Sadis Skafisme: Penjahat Mati Perlahan dengan Susu dan Madu
Baca Juga: Metode-Metode Pembunuhan Paling Sadis dan Brutal di Zaman Romawi Kuno
Baca Juga: Kisah Ratu Marie Antoinette yang Dieksekusi Saat Revolusi Prancis
5. Emas Cair Dituang ke Tenggorokan
Metode eksekusi Romawi dengan menuangkan emas cair ke tenggorokan ini dimulai berabad-abad yang lalu. Dalam metode ini, seseorang yang bersalah akan dituangkan sebatang emas cair ke tenggorokannya, yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian.
Salah satu orang paling terkenal yang dieksekusi dengan metode ini adalah Jenderal Romawi Marcus Licinius Crassus. Dia dieksekusi karena dia memiliki rasa haus yang tak terpadamkan akan kekayaan.
Kadang-kadang beberapa orang yang bersalah akan dituangkan timah cair sebagai ganti emas. Panas dan uap yang dihasilkan oleh lelehan emas atau timah akan mengakibatkan meledaknya banyak organ tubuh sekaligus, yang menyebabkan kematian.
Siapapun yang dipaksa menelan emas cair atau timah cair tidak akan mengontrol alirannya di dalam tubuh dan akhirnya mati dengan cara yang amat menyiksa.
Meskipun ini adalah metode eksekusi yang kejam, kerajaan-kerajaan selain Romawi lain juga mengadopsi metode ini untuk mengeksekusi orang-orang yang bersalah.
Source | : | HistoryTen |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR