Nationalgeographic.co.id—Bagi yang mengikuti mitologi Yunani, tentu tidak asing dengan Dionisos. Dia adalah putra dari Zeus dari hubungan dengan Semele, putri di kerajaan Thebes dan pendeta wanita di kuil Zeus.
Dikenal sebagai dewa anggur, sebenarnya Dionisos punya peranan penting lebih dari itu. Dia bertugas sebagai penjaga kesuburan, kemasyhuran, dewa teater, dewa ekstasi, dan pengabaian. Bisa dibilang, karena ia keturunan dewa dan manusia, peran Dionisos lebih banyak berhubungan dengan manusia dan keilahian, serta siklus alam yang tak terkendali dan gairah.
Ada banyak mitos yang memusatkan kisah untuk Dionisos dengan sumber berbeda. Salah satu yang populer adalah Bibliotheca, ringkasan mitos abad pertama atau kedua Masehi. Buku itu mengacu pada sumber-sumber yang pernah ada, termasuk karya Homer dari abad ketujuh sampai keenam SM, serta drama dan puisi Yunani sebelumnya.
Mitologi di Bibliotheca menyertakan asal-usul Dionisos yang jadi pakeman tentangnya. Awalnya, Zeus jatuh cinta dengan Semele, kemudian dalam hubungan perselingkuhan itu sang putri mengandung anak. Hera, istri resmi Zeus, mengetahui hubungan itu dan cemburu, sehingga mencoba menghancurkan Semele dan putranya yang belum lahir.
Hera menyamar sebagai manusia dengan menghasut Semele bahwa Zues bukan. Dia juga menyodorkan bukti dan Semele percaya. Semele pun mengikuti permintaan Hera untuk mengabulkan permintaan agar Zeus muncul di hadapannya lewat cara yang ajaib.
Zeus telah bersumpah untuk memenuhi semua permintaan Semele dan tidak bisa menolaknya. Padahal kemampuan itu tidak dapat ditahan oleh manusia fana; kemudian saat melakukannya Semele malah terbakar menjadi abu.
Kandungan Semele berhasil diselamatkan Zeus sebelum lahir. Penguasa Olimpus itu menjahitkan si kandungan ke kakinya sendiri, sehingga ketika kehamilannya usai, Dionisos keluar dari pahanya. Kehebatan melahirkan anak dari anggota badan Zeus bukanlah pertama kalinya, sebelumnya dia memunculkan dewi perang Athena dari kepalanya.
Setelah lahir, Zeus menitipkan Dionisos kepada Hermes, dewa pembawa pesan untuk dirawat dan dilindungi dari Hera. Lantaran, api cemburu Hera tidak padam dengan bermaksud menghukum Dionisos jadi gila. Serangan itu berhasil. Dionisos jadi gila dan mengembara tanpa tujuan di tanah timur Yunani di Frigia, sebuah kerajaan di Anatolia (Turki modern).
Di sana, Ibu dewi Anatolia bernama Cybele memurnikan Dionisos dan membuatnya mengenali dirinya sendiri. Cybele kemudian juga dikenal, dikultuskan, dan dikaitkan sebagai pengiring Dionisos.
Sembuh dari kegilaannya, Dionisos melanjutkan perjalanan. Dia ditemani oleh rombongan yang menyembahnya dalam keadaan mabuk, mengadakan ritus yang disebut pesta orgia untuk menghormatinya. Di antaranya ada Pan, dewa kesuburan berbulu yang diasosiasikan dengan para gembala bersama satire dan sileni--makhluk liar setengah manusia dan hewan.
Kelananya dari Yunani lewat Turki dan mencapai Asia, termasuk India. Beberapa pengamat modern berteori bahwa orang Yunani kuno yakin jika di mana ada anggur dan dibudidayakan, tandanya Dionisos pernah singgah.
Tidak semua orang di negeri-negeri persinggahannya menyambut. Ajarannya ditolak dan dibrantas dengan cepat dan brutal. Di Thrace (Bulgaria, Yunani, dan Turki kini), ia bahkan bertemu dengan Raja Lycurgus yang menolak untuk mengakui Dionisos dewa. Dionisos pun membuat raja gila—membunuh anaknya sendiri.
Baca Juga: Seni Erotis Yunani dan Romawi, Cerminan Budaya yang Terobsesi Seks?
Baca Juga: Bagaimana Perseus Menebas Kepala Medusa, Wanita Cantik Berambut Ular?
Baca Juga: Mencengangkan! Ini Jumlah Anak Zeus, Dewa Paling Berkuasa di Olimpus
Dionisos belum puas, ia menuntut agar raja dihukum mati dan mengutuk kerajaan itu tidak akan pernah ditumbuhi buah. Rakyat pun takut, segeralah menangkap Lycurgus dan membawanya kepada kuda pemakan manusia agar menyenangkan Dionisos.
Di Thebes, tanah kelahirannya, terjadi kisah serupa. Sepupunya, Raja Pentheus enggan mengkultuskannya dan memicu kemarahan Dionisos. Kisahnya menjadi dasar Euripides membuat the Bacchae.
Pantheus bahkan memata-matai sekelompok wanita Thebes yang mempraktikan ritual untuk Dionisos di lereng gunung, salah satunya bahkan ibunya sendiri, Agave. Para wanita itu kemudian mencabik-cabik sang raja dengan tangan kosong dalam keadaan mabuk.
Tidak selamanya Dionisos kejam. Sisi baiknya ketika seorang bajak laut menculiknya di lepas pantai Italia. Dionisos menumbuhkan tanaman anggur di seluruh kapal, sehingga para bajak laut ketakutan dan melemparkan diri ke laut. Kemudian, Dionisos tidak membiarkan mereka tenggelam begitu saja. Dia menjadikannya sebagai lumba-lumba agar tetap hidup.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR