Baca Juga: Kenapa Induk Primata Menggendong Bayinya yang Sudah Mati Berhari-hari?
Baca Juga: Dunia Hewan: Peta Global Biodiversitas Semut Mengungkap Area Misteri
Mereka menemukan bahwa semua babun di cekungan Amboseli di Kenya selatan saat ini adalah campuran. Dengan DNA anubis rata-rata membentuk sekitar 37% dari genom mereka. Beberapa memiliki keturunan anubis karena kawin silang yang terjadi baru-baru ini, dalam tujuh generasi terakhir. Akan tetapi untuk hampir setengah dari mereka, pencampuran terjadi lebih jauh ke belakang ratusan hingga ribuan generasi yang lalu.
“Selama waktu itu, data menunjukkan bahwa bagian-bagian tertentu dari DNA anubis merugikan hibrida yang mewarisinya. Memengaruhi kelangsungan hidup dan reproduksi mereka sedemikian rupa sehingga gen-gen ini cenderung tidak muncul dalam genom keturunan mereka hari ini,” kata Vilgalys.
Para peneliti mengatakan bahwa babon di Amboseli memberikan petunjuk tentang biaya hibridisasi. Menggunakan pengurutan RNA untuk mengukur aktivitas gen dalam sel darah babun. Para peneliti menemukan bahwa seleksi alam lebih mungkin untuk menyingkirkan potongan DNA pinjaman yang bertindak sebagai sakelar, menghidupkan dan mematikan gen lain.
"Tapi Anda perlu melihat hewan itu sendiri untuk memahami apa arti perubahan genetik sebenarnya," kata Tung. "Anda membutuhkan kerja lapangan dan genetika untuk mendapatkan keseluruhan cerita."
"Kami tidak mengatakan ini yang dilakukan gen Neanderthal dan Denisovans pada manusia," tambah Tung, yang sekarang di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi di Jerman. "Tetapi kasus babun memperjelas bahwa bukti genom untuk biaya hibridisasi dapat konsisten dengan hewan yang tidak hanya bertahan hidup, tetapi sering berkembang."
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR