Ketika kekuatan yang dimiliki masing-masing kerajaan atau kekaisaran turut menyebabkan Perang Dunia Pertama. Ikatan kekeluargaan antara bangsawan Eropa pun tidak ampuh untuk mengatasi perang.
“Sepupu bisa mengkhianati sepupu, suami melawan istri dan bahkan saudara perempuan melawan saudara perempuan,” kata Cadbury.
Konsekuensinya sangat mencengangkan: Perang Dunia Pertama menyebabkan lebih banyak orang tewas daripada perang mana pun dalam sejarah. Selain itu juga turut menyebabkan Eropa jadi berantakan. Pada saat Perang Dunia Pertama berlangsung, Ratu Victoria telah meninggal selama 17 tahun. Namun pernikahan yang dia dorong dengan otoritas dan optimisme masih bergema di seluruh Eropa.
Bahkan cucu perempuannya, Victoria Melita dari Saxe Coburg dan Gotha menuliskan, “Tidak ada kebanggaan, harapan, harta, atau masa depan dari perjodohan.”
Bagi banyak cucu Victoria, perang bukan berarti akhir kebahagiaan mereka saja, tetapi juga kekuasaan. Di akhir perang, monarki Turki, Austria-Hongaria, Jerman, dan Rusia pun jatuh.
Berkaca dari pengalaman masa lalu
Saat ini, raja Inggris tidak terlalu memiliki kekuasaan atas pernikahan kerajaan. Meskipun raja masih harus memberikan persetujuan untuk pernikahan kerajaan, dinasti kerajaan yang luas tidak lagi direkayasa melalui perjodohan. Namun bagi banyak orang, perjodohan kerajaan ini masih terdengar bak kisah dari negeri dongeng. Meski kita tahu, kenyataan bisa jauh berbeda dan bahkan mengerikan.
Gagasan tentang seorang pangeran dan putri menemukan cinta sejati mungkin merupakan impian banyak orang. Tetapi bagi banyak cucu Victoria, apa yang terjadi setelah perjodohan kerajaan lebih seperti mimpi buruk alih-alih membawa kebahagiaan.
Source | : | History.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR