Semua arsitektur Romawi dibangun dari marmer murni.
Fakta versi budaya populer ini jelas tidak akurat. Kaisar Augustus dikenal dengan pernyataannya, “Saya menemukan Roma saat semuanya terbuat dari batu bata dan meninggalkannya dengan segala sesuatu yang terbuat dari marmer.”
Menurut sejarawan arsitektur Diane Favro, sesumbar legendaris Augustus mungkin berlebihan. Marmer digunakan sebagai fasad atau bagian terluar dari bangunan. Sedangkan bahan yang lebih murah dan lebih ringan digunakan untuk struktur utama. Bahkan, sebagian besar bangunan Romawi terbuat dari batu bata, kayu, atau beton.
Ini menjelaskan mengapa Kebarakaran Besar Roma saat pemerintahan Nero menimbulkan begitu banyak kerusakan. Warga kehilangan rumah yang dibangun dengan buruk serta berbingkai kayu. Ini menjadi “bahan bakar” bagi api.
Lebih lanjut, Favro berpendapat bahwa Augustus membuat poin tentang politik alih-alih infrastruktur. “Ini sebagai metafora baginya untuk mengubah republik menjadi sebuah kekaisaran,” jelasnya.
Orang Romawi gemar berpesta pora
Perayaan Romawi, terutama perayaan keagamaan, akhirnya berakhir dengan pesta pora mabuk-mabukan dan penuh nafsu. Penyimpangan seksual dan pesta pora tidak mengenal batas pun mudah ditemukan di pesta pora Romawi, versi budaya populer tentunya.
Mitos pesta pora Romawi muncul berkat spekulasi para penulis kuno dan imajinasi yang terlalu tinggi selama berabad-abad.
Selama abad ke-2 Sebelum Masehi, penyembahan Dionysus, yang disebut Bacchus oleh orang Romawi, melibatkan serangkaian ritual misterius. Ritual itu dilakukan dengan anggur, makanan, dan kelompok besar pria dan wanita muda. Setelah laporan dari Senat Romawi memicu penganiayaan terhadap kultus dan anggotanya, perayaan Bacchus mundur ke bawah tanah.
Baca Juga: Dari Jerawat sampai Jenggot, Kiat Kaisar Romawi Menjaga Kebersihan
Baca Juga: Pesta Pernikahan Romawi Kuno, Wajib Kurban Babi Untuk Para Dewa
Baca Juga: Betapa Keras dan Istimewanya Gladiatrix, Gladiator Wanita Romawi Kuno
Sejarawan Romawi Livy menulis tentang Bacchus sebagai ancaman bagi keberadaan Romawi. Karya Livy memang mencerminkan alat propaganda yang digunakan di dunia Romawi.
Melempar tuduhan ketidakwajaran seksual biasanya digunakan terhadap kaisar dan politisi untuk menghancurkan citra mereka. Misalnya, Suetonius menuduh Kaisar Caligula melakukan inses dan membuka rumah bordil di istananya.
Budaya populer bukan satu-satunya yang memberikan informasi yang menyesatkan tentang Romawi kuno. Bahkan sejarawan kuno pun kerap menuliskan informasi yang salah untuk menjelekkan pesaing atau musuhnya.
Source | : | Ranker.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR