Namun, Vietnam memberontak pada 1418 di bawah kepemimpinan Le Loi, yang mendirikan Dinasti Le. Akhirnya pada 1424, Kekaisaran Tiongkok kehilangan kendali atas hampir semua wilayah Vietnam.
Prioritas utama Kaisar Yongle selama memimpin adalah menghapus semua jejak pengaruh budaya Mongolia dari Tiongkok. “Ini didorong oleh kekalahan ayahnya atas Dinasti Yuan yang beretnis-Mongol,” kata Szczepanski lagi.
Transportasi adalah masalah abadi di awal era Yongle. Biji-bijian dan barang-barang lain Tiongkok Selatan harus dikapalkan di sepanjang pantai. Selain itu, biji-bijian bisa diangkut dari perahu ke perahu melalui Kanal Besar yang sempit. Kaisar Yongle membuat Kanal Besar diperdalam, diperlebar, dan diperluas hingga ke Beijing.
Setelah kebakaran istana Nanjing yang menewaskan Kaisar Jianwen dan percobaan pembunuhannya, Yongle memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya ke utara. Akhirnya, istana kekaisaran secara permanen berada Beijing. Sang kaisar membangun sebuah kompleks istana besar di sana, yang disebut Kota Terlarang (Forbidden City). Pembangunan Kota Terlarang selesai pada tahun 1420.
Masa kejayaan Yongle mulai memudar
Pada tahun 1421, istri senior kesayangan Kaisar Yongle meninggal pada musim semi. Dua selir dan kasim tertangkap basah menjalin asmara. Semua peristiwa itu memicu pembersihan staf istana yang mengerikan. “Pembersihan” itu berakhir dengan Kaisar Yongle mengeksekusi ratusan atau bahkan ribuan kasim, selir, dan pelayan lainnya.
Beberapa hari setelah eksekusi itu, seekor kuda melemparkan kaisar dari pelana dan menghancurkan tangannya. Yang terburuk, pada tanggal 9 Mei 1421, tiga sambaran petir menyambar bangunan utama istana. Kejadian itu membuat Kota Terlarang yang baru selesai terbakar.
Kaisar kemudian menghentikan semua petualangan luar negeri yang mahal, termasuk pelayaran armada Harta Karun.
Pada akhir tahun 1421, setelah penguasa Tatar Arughtai menolak membayar upeti kepada Kekaisaran Tiongkok. Ini tentu membuat Kaisar Yongle menjadi murka dan melakukan penyerangan ke Arughtai. Untuk memasok pasukannya, Yongle menuntut satu juta gantang biji-bijian, 340.000 hewan beban, dan 235.000 pengangkut barang dari tiga provinsi selatan.
Baca Juga: Misteri Makam Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang, Benarkah Penuh Merkuri?
Baca Juga: Kisah Penyebab Kematian Paling Aneh dari para Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Kisah Kaisar Tiongkok Fu Sheng, Tiran Bermata Satu nan Kejam
Baca Juga: Beragam Kisah Absurd dan Menarik dari Kepemimpinan Kaisar Tiongkok
Para menteri menentang serangan gegabah ini. Akibatnya, enam dari mereka dipenjara atau tewas menyedihkan. Selama tiga musim panas berikutnya, Kaisar Yongle melancarkan serangan tahunan terhadap Arughtai dan sekutunya. Meski begitu, pasukan Tiongkok tidak pernah berhasil.
Pada 12 Agustus 1424, Kaisar Yongle yang berusia 64 tahun meninggal dalam perjalanan kembali ke Beijing setelah pencarian Tatar yang sia-sia. Pengikutnya membuat peti mati dan membawanya ke ibu kota secara rahasia. Kaisar Yongle dimakamkan di gundukan makam di Pegunungan Tianshou, sekitar 32 km dari Beijing.
Peninggalan Kaisar Tiongkok
Kaisar Yongle menunjuk putra sulungnya yang pendiam dan kutu buku, Zhu Gaozhi, sebagai penggantinya. Sebagai Kaisar Hongxi, Zhu Gaozhi mengangkat beban pajak pada petani dan melarang ekspedisi asing. Ia mempromosikan cendekiawan Konfusianisme ke posisi kekuasaan.
Hanya setahun Kaisar Hongxi menggantikan ayahnya. Takhtanya kemudian dilanjutkan oleh putra sulungnya sendiri, yang menjadi Kaisar Xuande pada tahun 1425. Cucu Yongle itu menggabungkan kecintaan ayahnya akan ilmu dengan semangat bela diri dari sang kakek.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR