Nationalgeographic.co.id—Zhu Di, juga dikenal sebagai Kaisar Yongle, adalah penguasa ketiga Dinasti Ming Tiongkok. Kaisar Tiongkok ini menjalankan serangkaian proyek ambisius. Salah satu jasanya adalah membawa Kekaisaran Tiongkok ke panggung dunia lewat pelayaran legendaris Laksamana Cheng Ho.
Selama masa pemerintahannya, Yongle melakukan perpanjangan dan pelebaran Kanal Besar. “Kanal ini membawa biji-bijian dan barang lainnya dari Tiongkok Selatan ke Beijing,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco. Ia memulai pembangunan Kota Terlarang dan memimpin sejumlah serangan terhadap bangsa Mongol yang mengancam sisi barat laut Ming.
Yongle sebelum menjadi kaisar Tiongkok
Zhu Di lahir pada tanggal 2 Mei 1360. Ayahnya adalah pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang, dan ibu yang tidak diketahui. Catatan resmi mengeklaim bahwa ibu anak laki-laki itu adalah calon Permaisuri Ma. “Namun ada desas-desus bahwa ibu kandungnya adalah permaisuri Zhu Yuanzhang dari Korea atau Mongolia,” kata Szczepanski.
Sejak usia dini, Zhu Di terbukti lebih cakap dan berani daripada kakak laki-lakinya Zhu Biao. Namun, menurut prinsip Konfusianisme, putra sulung diharapkan naik takhta. Setiap penyimpangan dari aturan ini dapat memicu perang saudara di kekaisaran.
Saat remaja, Zhu Di menjadi Pangeran Yan, dengan ibukotanya di Beijing. Dengan kehebatan militer dan sifat agresifnya, Zhu Di sangat tepat untuk menahan Tiongkok Utara dari serangan Mongol. Pada usia 16 tahun, ia menikahi putri Jenderal Xu Da yang berusia 14 tahun. Jenderal Xu Da saat itu memimpin pasukan pertahanan utara.
Pada tahun 1392, Putra Mahkota Zhu Biao meninggal mendadak karena sakit. Ayahnya harus memilih penerus baru. Pilihan yang tersedia adalah putra mahkota yang masih remaja, Zhu Yunwen, atau Zhu Di yang berusia 32 tahun. Sesuai dengan tradisi, Zhu Biao yang sekarat memilih Zhu Yunwen, yang berada di urutan berikutnya untuk suksesi.
Jalan menuju takhta Kekaisaran Tiongkok
Kaisar Ming pertama meninggal pada tahun 1398. Cucunya, Putra Mahkota Zhu Yunwen, menjadi Kaisar Jianwen. Kaisar baru melaksanakan perintah kakeknya agar tidak ada pangeran lain yang membawa legiun mereka untuk mengamati penguburannya. Pasalnya, sang kakek takut jika perang saudara pecah sepeninggalnya. Sedikit demi sedikit, Kaisar Jianwen merampas tanah, kekuasaan, dan pasukan pamannya.
Untuk membalasnya, Zhu Di berpura-pura sakit jiwa saat merencanakan pemberontakan terhadap keponakannya. Pada Juli 1399, dia membunuh dua perwira Kaisar Jianwen, pukulan pertama dalam pemberontakannya.
Musim gugur tahun itu, Kaisar Jianwen mengirim 500.000 pasukan melawan tentara Beijing. Zhu Di dan pasukannya sedang berpatroli di tempat lain. Jadi, para wanita di kota itu menangkis tentara kekaisaran dengan melemparkan barang pecah belah ke arah tentara. Ketika Zhu Di kembali ke kota, tentaranya mengalahkan pasukan Jianwen.
Pada 1402, Zhu Di berjalan ke selatan menuju Nanjing, mengalahkan pasukan kaisar di setiap kesempatan. Pada 13 Juli 1402, saat dia memasuki kota, istana kekaisaran terbakar. Tiga mayat — diidentifikasi sebagai milik Kaisar Jianwen, permaisuri, dan putra tertua mereka — ditemukan di antara reruntuhan yang hangus. “Meskipun demikian, desas-desus tetap beredar bahwa Kaisar Jiawen selamat,” tutur Szczepanski.
Pada usia 42 tahun, Zhu Di naik tahta dengan nama Yongle, yang berarti “kebahagiaan abadi”. Dia segera mengeksekusi siapa pun yang menentangnya, bersama dengan teman, tetangga, dan kerabat mereka. Ini adalah taktik yang dimulai oleh kaisar Tiongkok yang pertama, Qin Shi Huangdi.
Dia juga memerintahkan pembentukan armada laut yang besar. Beberapa percaya bahwa armada itu dimaksudkan untuk mencari Zhu Yunwen atau mantan kaisar. Yunwen diyakini beberapa orang telah melarikan diri ke Annam, Vietnam utara, atau negeri asing lainnya.
Armada Harta Karun
Antara 1403 dan 1407, para pekerja Kaisar Yongle membangun lebih dari 1.600 perahu besar lintas samudra dengan berbagai ukuran. Yang terbesar dikenal sebagai armada Harta Karun (Treasury Fleet).
Pada tahun 1405, pelayaran pertama dari tujuh pelayaran armada Harta Karun berangkat ke Kalikut, India. Armada itu dipimpin oleh teman Kaisar Yongle sejak kecil, kasim Laksamana Zheng Ho. Kaisar Yongle mengawasi enam pelayaran hingga tahun 1422. Bahkan cucunya turut melakukan pelayaran ketujuh pada tahun 1433.
Armada Harta Karun berlayar sejauh pantai timur Afrika, memproyeksikan kekuatan Kekaisaran Tiongkok di seluruh Samudra Hindia. Mereka juga bertugas untuk mengumpulkan upeti dari berbagai tempat. Kaisar Yongle berharap ekspedisi ini akan merehabilitasi reputasinya setelah kekacauan berdarah dan anti-Konfusianisme yang menyebabkan dia mendapatkan takhta.
Ekspedisi ini juga membawa Kekaisaran Tiongkok ke panggung dunia. Misalnya, Laksamana Cheng Ho yang berlabuh di Nusantara.
Kebijakan luar negeri dan dalam negeri
Bahkan saat Zheng Ho memulai pelayaran pertamanya pada tahun 1405, Dinasti Ming menghindari peluru besar dari barat. Penakluk besar timur menahan atau mengeksekusi utusan Ming selama bertahun-tahun. Mereka memutuskan sudah waktunya untuk menaklukkan Tiongkok pada musim dingin 1404-1405.
Untungnya bagi Kaisar Yongle dan orang Tionghoa, musuhnya itu jatuh sakit dan meninggal di tempat yang sekarang disebut Kazakhstan. Rakyat Tiongkok tampaknya tidak menyadari ancaman itu.
Pada 1406, Vietnam Utara membunuh seorang duta besar KekaisaranTiongkok. Kaisar Yongle mengirim setengah juta tentara untuk membalas dendam, menaklukkan negara itu pada 1407.
Namun, Vietnam memberontak pada 1418 di bawah kepemimpinan Le Loi, yang mendirikan Dinasti Le. Akhirnya pada 1424, Kekaisaran Tiongkok kehilangan kendali atas hampir semua wilayah Vietnam.
Prioritas utama Kaisar Yongle selama memimpin adalah menghapus semua jejak pengaruh budaya Mongolia dari Tiongkok. “Ini didorong oleh kekalahan ayahnya atas Dinasti Yuan yang beretnis-Mongol,” kata Szczepanski lagi.
Transportasi adalah masalah abadi di awal era Yongle. Biji-bijian dan barang-barang lain Tiongkok Selatan harus dikapalkan di sepanjang pantai. Selain itu, biji-bijian bisa diangkut dari perahu ke perahu melalui Kanal Besar yang sempit. Kaisar Yongle membuat Kanal Besar diperdalam, diperlebar, dan diperluas hingga ke Beijing.
Setelah kebakaran istana Nanjing yang menewaskan Kaisar Jianwen dan percobaan pembunuhannya, Yongle memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya ke utara. Akhirnya, istana kekaisaran secara permanen berada Beijing. Sang kaisar membangun sebuah kompleks istana besar di sana, yang disebut Kota Terlarang (Forbidden City). Pembangunan Kota Terlarang selesai pada tahun 1420.
Masa kejayaan Yongle mulai memudar
Pada tahun 1421, istri senior kesayangan Kaisar Yongle meninggal pada musim semi. Dua selir dan kasim tertangkap basah menjalin asmara. Semua peristiwa itu memicu pembersihan staf istana yang mengerikan. “Pembersihan” itu berakhir dengan Kaisar Yongle mengeksekusi ratusan atau bahkan ribuan kasim, selir, dan pelayan lainnya.
Beberapa hari setelah eksekusi itu, seekor kuda melemparkan kaisar dari pelana dan menghancurkan tangannya. Yang terburuk, pada tanggal 9 Mei 1421, tiga sambaran petir menyambar bangunan utama istana. Kejadian itu membuat Kota Terlarang yang baru selesai terbakar.
Kaisar kemudian menghentikan semua petualangan luar negeri yang mahal, termasuk pelayaran armada Harta Karun.
Pada akhir tahun 1421, setelah penguasa Tatar Arughtai menolak membayar upeti kepada Kekaisaran Tiongkok. Ini tentu membuat Kaisar Yongle menjadi murka dan melakukan penyerangan ke Arughtai. Untuk memasok pasukannya, Yongle menuntut satu juta gantang biji-bijian, 340.000 hewan beban, dan 235.000 pengangkut barang dari tiga provinsi selatan.
Baca Juga: Misteri Makam Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang, Benarkah Penuh Merkuri?
Baca Juga: Kisah Penyebab Kematian Paling Aneh dari para Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Kisah Kaisar Tiongkok Fu Sheng, Tiran Bermata Satu nan Kejam
Baca Juga: Beragam Kisah Absurd dan Menarik dari Kepemimpinan Kaisar Tiongkok
Para menteri menentang serangan gegabah ini. Akibatnya, enam dari mereka dipenjara atau tewas menyedihkan. Selama tiga musim panas berikutnya, Kaisar Yongle melancarkan serangan tahunan terhadap Arughtai dan sekutunya. Meski begitu, pasukan Tiongkok tidak pernah berhasil.
Pada 12 Agustus 1424, Kaisar Yongle yang berusia 64 tahun meninggal dalam perjalanan kembali ke Beijing setelah pencarian Tatar yang sia-sia. Pengikutnya membuat peti mati dan membawanya ke ibu kota secara rahasia. Kaisar Yongle dimakamkan di gundukan makam di Pegunungan Tianshou, sekitar 32 km dari Beijing.
Peninggalan Kaisar Tiongkok
Kaisar Yongle menunjuk putra sulungnya yang pendiam dan kutu buku, Zhu Gaozhi, sebagai penggantinya. Sebagai Kaisar Hongxi, Zhu Gaozhi mengangkat beban pajak pada petani dan melarang ekspedisi asing. Ia mempromosikan cendekiawan Konfusianisme ke posisi kekuasaan.
Hanya setahun Kaisar Hongxi menggantikan ayahnya. Takhtanya kemudian dilanjutkan oleh putra sulungnya sendiri, yang menjadi Kaisar Xuande pada tahun 1425. Cucu Yongle itu menggabungkan kecintaan ayahnya akan ilmu dengan semangat bela diri dari sang kakek.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR