Baca Juga: Deteksi Pertama Kalinya dari Bintang Pembentuk Kilonova di Bimasakti
Bintang katai merah adalah jenis terkecil dari bintang yang kita ketahui. Massanya rendah, terang, dan panas untuk membakar simpanan hidrogennya yang sangat lambat. Diperkirakan rentang hidup bintang katai yang ada saat ini berusia triliunan tahun. Jenis bintang seperti inilah yang paling banyak ditemui di Bima Sakti.
Selama ini kita mengetahui bahwa bintang dan planet-planetnya terbentuk dari piringan awan padat, berisi gas dan debu. Kemudian materi-materi itu menyatu dan menjadi calon bintang. Ketika ukurannya sudah sangat masif, bintang seperti matahari kita menghasilkan angin kencang yang menerbangkan berbagai materi di dekatnya.
Pada akhirnya, piringan materi di sekitarnya mengorbit karena pengaruh gravitasi bintang. Lalu masing-masing menggumpal dan menjadi planet.
Planet gas seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus terbentuk dari gas raksasa di piringan yang berbeda dengan planet berbatu seperti Bumi. Piringan bagian terluar dari sistem sekitar matahari perlahan-lahan menggumpal menjadi planet. Bagian bebatuan yang seharusnya menjadi planet berbatu, di bagian cakram terluar menjadi cincin planet-planet gas raksasa.
"Pada awalnya, jika tidak ada cukup material batuan di piringan untuk membentuk inti awal, maka tidak dapat membentuk planet raksasa gas. Dan pada akhirnya, jika piringan menguap sebelum inti masif terbentuk, maka satu tidak dapat membentuk planet raksasa gas" terang Kanodia.
"Namun TOI-5205b terbentuk meskipun ada pagar pembatas ini. Berdasarkan pemahaman nominal kami saat ini tentang pembentukan planet, TOI-5205b seharusnya tidak ada; itu adalah planet 'terlarang'."
Berdasarkankan pengamatan transit untuk menemukan planet ekstrasurya ini, Kanodia dan tim mencatat massanya adalah 1,0 kali dengan radius 1,03 kali dari Jupiter. Jika dibandingkan dengan bintang katai merah yang dikitarinya, radiusnya 27,2 persen dari jari-jari bintangnya.
Source | : | Carnegie Mellon University |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR