"Mereka perlu mencapai kecepatan ini untuk dapat menentukan arah mereka sendiri. Jika tidak, mereka akan hanyut begitu saja," jelas rekan penulis Emily Shepard.
Dalam analisis mereka, para peneliti melihat antara lain spesies tropis dan albatros.
Albatros adalah penerbang cepat, karena mereka secara teratur terbang dalam badai di laut selatan. Spesies tropis, di sisi lain, mengalami kecepatan angin yang lebih rendah setiap hari dan sangat jarang kecepatan angin yang tinggi dan disesuaikan dengan itu.
"Namun, badai tropis jauh lebih kuat daripada di laut selatan," kata Shepard.
Ini berarti albatros dapat terbang di hampir semua kondisi, sedangkan spesies tropis harus mengembangkan strategi khusus menghindari angin kencang. Badai tropis mencapai dua kali kecepatan yang bisa ditoleransi burung.
Baca Juga: Dunia Hewan: Burung Pemangsa Paling Langka di Australia Menghilang
Baca Juga: Cerita di Balik Burung Phoenix yang Legendaris, Ada Makna Mengerikan
Baca Juga: Dunia Hewan: Saat Burung Bermigrasi Tersesat, Mungkin Ini Penyebabnya
Baca Juga: Dunia Hewan: Burung Paling Langka dengan Risiko Kepunahan Lebih Tinggi
"Angin ekstrem bagi spesies tropis adalah hal yang lumrah bagi albatros. Jadi, kondisi ekstrem bervariasi menurut spesies," kata Nourani.
Namun, hanya karena albatros dapat terbang dalam banyak angin, bukan berarti mereka melakukannya. Kadang-kadang mereka terbang langsung ke mata badai, seperti albatros berhidung kuning Atlantik yang mereka lacak dalam penelitian ini.
Kecepatan angin dalam badai adalah 68 kilometer per jam, tetapi hanya 30 di mata badai, sehingga burung dapat terbang di dalamnya selama dua belas jam.
Apa yang sangat tidak terduga bagi para peneliti adalah bahwa burung terkadang menghindari kecepatan angin di mana mereka dapat terbang dalam skenario lain.
Hasil penelitian ini dapat membantu untuk menilai dengan lebih baik burung laut mana yang dapat bertahan dari perubahan intensitas badai yang cepat di masa depan.
Source | : | Max Planck Institute,Current Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR