Namun, penyakit Tuberkulosis dikesampingkan karena laporan tersebut tidak menyebutkan gejala yang paling terlihat, masalah pernapasan. Meskipun Saladin berkeringat, catatan tersebut tidak menyebutkan periode menggigil.
Gejala tifus, bagaimanapun, sangat cocok dengan gambarannya. Gejalanya termasuk masa-masa di mana penderita mengalami demam tinggi dan berkeringat, sakit kepala, kehilangan nafsu makan yang akhirnya melemahkan Saladin.
“Ini benar-benar didasarkan pada penyakit apa yang umum terjadi pada waktu itu, dan penyakit yang mematikan dalam jangka waktu sekitar dua minggu,” terus Gluckman dalam siaran persnya.
Baca Juga: Temuan Koin Antik yang Berkisah Penaklukan Muslim oleh Tentara Salib
Baca Juga: Mosaik Kuno Istana Khalifah Islam di Tepi Laut Galilea Ditemukan
Baca Juga: Surat dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada Istana Sriwijaya
Baca Juga: Madrasah Al-Mustansiriya, Mengajarkan Islam dan Sains Sejak 1227
Gluckman mengatakan kemungkinan terbesar bahwa Saladin dibunuh oleh tifus, penyakit yang juga menyebabkan ia mengalami ruam yang disebarkan oleh kutu dan parasit lainnya.
Menurut siaran persnya, tifus masih ada hingga saat ini, menginfeksi 200 juta orang per tahun dan membunuh 200.000 orang. Itu dapat diobati dengan antibiotik, tetapi mungkin di zaman itu akses menuju Saladin sangat sulit atau mungkin antibiotik belum ditemukan.
"Ini adalah bagian yang menarik dari pendeteksian medis. Jika antibiotik sudah ada pada abad ke-12, sejarahnya mungkin sangat berbeda," tambah Mackowiak.
Adanya perdebatan tentang alasan kematian Saladin masih menjadi misteri. Dugaan terkuat menyebut bahwa Saladin kemungkinan dibunuh oleh tifus yang mewabah kala itu.
"Namun sejatinya, kita tidak akan pernah tahu penyebab sebenarnya dari kematian Saladin," tutup Mackowiak mengakhiri perdebatan sengitnya dengan Stephen Gluckman tentang kematian misterius Saladin.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR