Berdasarkan negara, AS merupakan pasar terbesar, dengan penjualan sekitar 64 miliar dolar AS, diikuti Tiongkok dengan hampir 45 miliar dolar AS, dan Indonesia dengan 22 miliar dolar AS atau sekitar Rp34 triliun. Bersama-sama, ketiga negara ini merupakan hampir setengah dari pasar dunia.
Daftar negara teratas lainnya berdasarkan penjualan air minum kemasan adalah Kanada, Australia, Singapura, Jerman, Thailand, Meksiko, Thailand, Italia, dan Jepang.
Harga rata-rata sebotol air di Amerika Utara dan Eropa adalah sekitar 2,50 dolar AS, lebih dari dua kali lipat harga di Asia (0,8 dolar AS), Afrika (0,9 dolar AS), serta Amerika Latin dan Kribia (1 dolar AS). Australia, pasar terbesar kelima, memiliki harga rata-rata tertinggi, yakni 3,57 dolar AS per unit.
Harga air kemasan per liter bisa 150 hingga 1.000 kali lebih mahal daripada harga yang dibebankan pemerintah kota untuk air leding.
Konsumen per kapita terbesar untuk air kemasan adalah warga Singapura dan Australia. Warga Singapura membelanjakan 1.348 dolar AS per kapita untuk air kemasan pada tahun 2021, warga Australia 386 dolar AS.
Menurut penelitian sebelumnya, sekitar 31% orang Kanada, 38% orang Amerika, dan 60% orang Italia menggunakan air kemasan sebagai sumber minuman utama mereka.
Di Republik Dominika, 60% rumah tangga menggunakan air kemasan sebagai sumber air utama mereka, dengan korelasi kuat antara pendapatan dan konsumsi air kemasan. Sekitar 80% orang Meksiko juga menggunakan air kemasan, dan 10% menggunakan air yang dimurnikan di rumah sebagai sumber air minum utama mereka.
Mesir adalah pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk air kemasan yang diolah (40% per tahun). Tujuh negara lain dari Belahan Bumi Selatan termasuk di antara 10 pasar dengan pertumbuhan tercepat: Aljazair, Brasil, Indonesia, Uni Emirat Arab, India, Maroko, dan Arab Saudi.
Di Eropa, Jerman adalah pasar air kemasan terbesar; di Amerika Latin dan Karibia, Meksiko adalah pasar terbesar; di Afrika, pasar terbesarnya adalah Afrika Selatan.
Air yang diolah tampaknya menjadi komponen pasar terbesar berdasarkan volume, sedangkan air alami tampaknya menghasilkan keuntungan terbesar. Lima perusahaan—PepsiCo, Coca-Cola, Nestlé S.A., Danone S.A., dan Primo Corporation telah menggabungkan penjualan sebesar 65 miliar dolar AS, lebih dari 25% dari total global.
Studi sebelumnya tentang penarikan air yang diumumkan di India, Pakistan, Meksiko, dan Nepal menunjukkan perkiraan total penarikan atau penyedotan air oleh Coca-Cola dan Nestlé pada tahun 2021 masing-masing sebesar 300 dan 100 miliar liter.
Semua angka ini bermuara pada iklan dan pemasaran yang bagus: air kemasan lebih aman dan lebih menyehatkan daripada air leding. Juga dengan tawaran kepraktiksan untuk bisa meminumnya langsung ketimbang harus merebus air keran terlebih dulu.
Source | : | UN University |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR