Nationalgeographic.co.id—Meskipun Yunani dan Türki sudah akur setelah gempa bumi 6 Februari 2023 di selatan Türki yang memicu simpati dari Yunani. Namun, masjid peninggalan Ottoman menjadi titik pertikaian di antara keduanya.
Türki di masa lalu mengkritik Athena karena merampas hak minoritas Muslim di sana serta membiarkan bangunan masjid warisan era Ottoman, menjadi rusak parah. Inilah yang membuat mereka bertikai sejak lama.
Sabri Can Sannav, seorang akademisi dari departemen sejarah Universitas Trakya Türkiye, dia menunjukkan kontras antara kebebasan beragama di kota resor populer Turki dan pulau Yunani yang berjarak beberapa mil dari Istanbul.
"Sannav mengatakan Masjid Mecidiye, yang diubah menjadi Museum Bizantium Chios pada tahun 1912, sebagian besar kehilangan fiturnya sebagai masjid," tulis Responden Daily Sabah.
Ia menulisnya dalam sebuah artikel berjudul "Greece tramples on religious rights by keeping mosques closed" yang diterbitkan pada 13 Maret 2023.
Museum ini sekarang menyimpan artefak Kristen dan batu nisan Muslim dan Yahudi. Masjid Mecidiye adalah satu-satunya bangunan era Ottoman yang sebagian besar tetap utuh di Chios, Yunani.
Pertikaian di antara dua kubu semakin memanas ketika orang-orang Kristen berkebangsaan Yunani diperbolehkan untuk beribadah di Çeşme, Turki, sedangkan orang-orang Islam Turki tidak dapat beribadah di Chios, Yunani.
Pihak berwenang Yunani harus dapat menjawab pertanyaan mengapa umat Islam tidak dapat beribadah di Mecidiye atau masjid tertutup lainnya sementara komunitas Kristen dapat berdoa di gereja-gereja di Türki.
Neval Konuk, seorang profesor arsitektur dari Universitas Marmara yang menulis sebuah buku tentang arsitektur Ottoman yang terletak di beberapa pulau Yunani, mengatakan bahwa empat masjid kekaisaran Ottoman bertahan di Chios.
Akan tetapi, keempat masjid itu tidak ada yang memenuhi tujuan aslinya sebagai tempat terselenggaranya peribadatan umat Islam yang ada di sana.
Salah satu masjidnya ada yang digunakan sebagai gudang untuk bengkel alat listrik, ada pula masjid Mecidiye sebagai museum, sedangkan dua lainnya digunakan untuk menyimpan artefak hasil penggalian arkeologis.
Pihak Yunani "mengabaikan" struktur Ottoman-Turki di dalam perbatasannya. Semua bangunan yang berasal dari era Ottoman secara resmi terdaftar sebagai arsitektur 'Muslim'. Namun, mereka mengabaikan begitu saja warisan luhur umat Islam tersebut.
Catatan Yunani menunjukkan 8.500 bangunan dibangun selama pemerintahan Ottoman, sementara Yunani mengabaikan bangunan warisan Ottoman yang dibangun pada periode setelah pemberontakan Yunani tahun 1821 melawan Ottoman.
"Sekitar 20.000 bangunan ada di Yunani meskipun ada kebijakan pembongkaran yang disengaja dan faktor lainnya, sehingga menyebabkan terabainya dan hilangnya warisan Ottoman di sana," terus Konuk kepada Daily Sabah.
Baca Juga: Mimar Sinan, Arsitek Legendaris Ottoman yang Merestorasi Hagia Sophia
Baca Juga: Masjid Aqsunqur Ibrahim Agha, Masjid Biru Kekaisaran Ottoman di Mesir
Baca Juga: Cara Mimar Sinan Membuat Bangunan Tahan Gempa Era Kekaisaran Ottoman
Konuk juga dalam risetnya mencatat bahwa adapun kebijakan Yunani yang melibatkan restorasi bangunan era Kekaisaran Ottoman yang "tidak wajar", kemudian "menghapus" jejak tujuan awal bangunan. Seperti halnya masjid, mereka kehilangan peran sentralnya sebagai tempat peribadatan bagi muslim modern yang hidup di Chios.
Di Chios, Konuk mengatakan pulau itu diperintah oleh Kekaisaran Ottoman dari tahun 1566 hingga 1912, tetapi anehnya, pulau itu hanya menampung satu pemakaman Ottoman. Padahal, populasi Ottoman berkembang pesat di sana.
Berdasarkan catatan batu nisan yang ditaksonomi melalui riset Konuk, diperkirakan bahwa makam-makam muslim Ottoman sengaja dipindahkan. Pemakaman Ottoman dipindahkan menjadi satu di ruang umum terbuka.
Orang-orang Yunani modern menghapus warisan masjid atau batu nisan. Di gedung-gedung publik bersejarah. Konuk mengaku melihat jejak arsitektur yang menunjukkan bahwa itu adalah tengara era Ottoman, namun diplester untuk menutupi jejak itu.
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR