Setelah berfokus pada ikan lele raksasa Mekong di awal kariernya, Hogan menduga bahwa spesies tersebut, bersama dengan ikan mas terbesar di dunia, giant barb, sedikit banyak telah menghilang di Sungai Mekong.
Pesaing lain yang mungkin merupakan ikan terbesar antara lain arapaima yang bernapas di udara, yang tinggal di Cekungan Amazon Amerika Selatan. Selain itu ada pula wels catfish, ikan air tawar terbesar di Eropa dan spesies dengan nafsu makan yang rakus.
Akan tetapi, yang muncul sebagai penantang teratas untuk gelar tersebut adalah ikan pari air tawar raksasa yang ditemukan di sungai-sungai di Asia Tenggara. Sayangnya, besar populasinya terancam punah tetapi mungkin masih lebih baik daripada banyak spesies ikan raksasa lainnya.
Selama beberapa tahun, Hogan memfokuskan pencariannya di Sungai Mae Klong di Thailand tengah, tidak jauh dari Bangkok, tempat para pemancing olahraga menangkap dan melepaskan ikan pari yang sangat besar.
Selama syuting "Monster Fish", tim Hogan menangkap ikan pari yang dia yakini memiliki ukuran yang memecahkan rekor. Namun, tim tersebut tidak memiliki skala yang cukup besar untuk menimbang hewan besar itu.
Hogan curiga, bagaimanapun, Sungai Mekong di Kamboja juga memiliki ikan pari dengan rekor tersendiri. Proyek penelitian USAID yang dia pimpin sejak 2017, Wonders of the Mekong, semakin berfokus pada bentangan sungai yang kaya secara biologis di Kamboja utara itu yang diyakini menjadi tempat perlindungan bagi banyak ikan besar.
Para nelayan memberi tahu Hogan bahwa mereka secara teratur menangkap ikan pari seberat seribu pound. Namun, laporan tersebut sulit diverifikasi.
Kebetulan, tim ilmuwan Amerika berada di area tersebut pada saat itu untuk melakukan studi telemetri pertama di Kamboja utara untuk mempelajari lebih lanjut tentang pola migrasi dan perilaku ikan di sistem Sungai Mekong. Ikan pari betina raksasa yang mencolok itu menjadi ikan pertama yang ditanamkan dengan tag akustik untuk penelitian.
Catatan hidrofon menunjukkan ikan pari yang diberi tag tinggal hampir secara eksklusif di area spesifik sungai tempat dia ditemukan. Ini berarti pendekatan pengelolaan berbasis tempat, seperti membuat cagar alam tanpa penangkapan ikan di area tersebut, akan membantu melindungi ikan pari.
Cagar alam semacam itu biasa terbentuk di Asia Tenggara, meskipun membutuhkan dukungan yang kuat dari masyarakat setempat.
“Kami berencana untuk lebih memperluas pekerjaan kami dalam menciptakan kesadaran publik dan partisipasi lokal untuk melindungi spesies ini, termasuk ikan pari,” kata Heng Kong, direktur Inland Fisheries Research and Development Institute, Cambodian Fisheries Administration.
Perburuan berlanjut
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR