"Kami menyadari bahwa masyarakat adat modern di Alaska, seandainya mereka tetap tinggal di wilayah tersebut sejak migrasi paling awal, dapat dikaitkan dengan individu prasejarah ini," kata Alber Aqil.
Dia merupakan mahasiswa PhD UB dalam ilmu biologi dan penulis pertama makalah tersebut.
Penemuan ini mengarah pada upaya untuk memecahkan misteri. Analisis DNA sangat cocok untuk menjawab ketika sisa-sisa arkeologi masih sangat jarang.
Orang-orang paling awal sudah mulai bergerak ke selatan di sepanjang Pantai Barat Laut Pasifik sebelum rute pedalaman di antara lapisan es menjadi layak.
Beberapa, termasuk individu wanita dari gua, membuat rumah mereka di daerah yang mengelilingi Teluk Alaska.
Daerah itu sekarang menjadi rumah bagi Bangsa Tlingit dan tiga kelompok lainnya: Haida, Tsimshian, dan Nisga'a.
Tlingit secara tradisional adalah penganut animisme, dan para pemburu secara ritual menyucikan diri sebelum berburu binatang.
Dukun mereka terutama pria, menyembuhkan penyakit, merekayasa cuaca, membantu berburu, meramalkan masa depan, dan melindungi orang dari sihir.
Saat Aqil dan rekannya menganalisis genom dari individu berusia 3.000 tahun ini. Mereka menentukan bahwa dia berkerabat paling dekat dengan Penduduk Asli Alaska yang tinggal di daerah tersebut saat ini.
Fakta ini menunjukkan bahwa sangatlah penting untuk secara hati-hati mendokumentasikan sejelas mungkin setiap hubungan genetik dari perempuan kuno dengan penduduk asli Amerika saat ini.
Dalam upaya tersebut, penting untuk bekerja sama secara erat dengan orang-orang yang tinggal di tanah di mana sisa-sisa arkeologi ditemukan.
Oleh karena itu, kerja sama antara penduduk asli Alaska dan komunitas ilmiah telah menjadi komponen penting dalam penjelajahan gua yang dilakukan di wilayah tersebut.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR