Namun, seiring waktu jumlahnya mulai berkurang. Hal ini menyebabkan perdagangan bergerak ke selatan dan Gambia, Luanda, dan Kongo menjadi pusat utama perdagangan gading.
Sekitar tahun 1900, Kongo Belgia mengekspor sekitar 352 ton gading per tahun, sekitar setengah dari total ekspor Afrika. Diperkirakan dari tahun 1889 hingga 1950 setidaknya 550 gajah dibunuh di Kongo Belgia untuk memenuhi permintaan ini.
Perdagangan gading Afrika Timur didominasi oleh Portugis sampai orang Arab selama abad ke-19. Sementara Afrika Barat mengelola produksi gading yang relatif stabil, perdagangan Afrika Timur lebih bergejolak.
Perdagangannya awalnya berpusat di sekitar pelabuhan Mombasa, Kilwa, Sofala, dan Teluk Delagoa. Akan tetapi, seiring waktu, persediaan makin “mengering”.
Pada pertengahan abad ke-18, Mozambik memimpin sebagai pedagang gading terbesar di kawasan itu. “Memasok 150-180 ton gading per tahun,” imbuh Mitchell. P
ada awal abad ke-19, perdagangan Afrika Timur bergerak lebih jauh di sepanjang pantai. Puncaknya dari tahun 1830-1856 dengan Zanzibar mengekspor 297 ton gading pada tahun 1849.
Terlepas dari angka-angka yang mengesankan (dan meresahkan) ini, faktanya pasokan di kedua wilayah tersebut mulai habis. Bobot gading rata-rata cenderung menurun. Ini berarti stok gajah jantan dewasa dan dewasa habis. Pemburu harus membunuh lebih banyak gajah muda untuk memenuhi kebutuhan.
Periode 1856-1857 harga gading melonjak tajam. Hal ini menyebabkan pedagang Arab bergegas ke wilayah tersebut untuk terus mengeruk uang. Bersama pedagang Arab, datang gelombang besar senjata. Keduanya akhirnya merangsang perburuan gading.
Pada tahun 1889 Zanzibar mengekspor 222 ton, dengan jumlah rata-rata sekitar 180 ton pada akhir abad ini. Dari tahun 1893-1894, 41.000 gading diekspor dari Afrika Timur dengan berat 351 ton.
Setidaknya 10.000 gajah dibunuh untuk mencapai angka ini. Dengan kecenderungan gajah yang lebih muda dan lebih muda diburu, jelas bahwa perdagangannya tidak berkelanjutan.
Hal yang sama juga terjadi di Afrika utara dan sepanjang abad ke-19, terdapat bukti bahwa stok gajah semakin menipis. Dari tahun 1853 hingga 1879 jumlah rata-rata gading yang diekspor dari negara-negara Afrika utara adalah sekitar 148 ton. Pada tahun 1888 ini turun menjadi hanya 42 ton, dan pada tahun 1905, hanya 20 ton.
Orang-orang akhirnya mulai sadar. Pada tahun 1872 Raja Kabarega dari Bunyoro di Uganda memberlakukan larangan perdagangan bebas gading. Hukuman? Kematian. Tapi larangan ini hanya berlangsung selama 5 tahun.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR