Nationalgeographic.co.id—Sejarah peradaban Islam dikenal dengan kemajuan medisnya. Banyak tokoh terkenal yang bahkan menginspirasi peradaban barat seperti Ibnu Sina dan Ar-Razi. Bahkan, pada masa Abad Pertengahan, orang Eropa yang kaya akan memilih berobat di negeri-negeri Islam, saking majunya ilmu kesehatan di sana.
Ilmu kesehatan dan keperawatan berkembang di peradaban Islam sejak awal penyebarannya. Sejarah mencatat, ahli kedokteran dan perawat pertama di peradaban Islam bernama Rufaidah Al-Aslamiyah.
Rufaidah Al-Aslamiyah diperkirakan lahir di Madinah sekitar 597 M, ketika kota itu masih bernama Yatsrib. Melihat tahun ini, jelas bahwa ia lahir saat ajaran Islam masih sangat awal disebarkan oleh Nabi Muhammad.
"Kita-kitab sejarah mencatatnya dengan nama yang berbeda-beda. Tetapi semuanya merujuk kepada ia seorang," terang Abdul Hamid Saputra dan rekan-rekan dari Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
Nama lain yang merujuk sosok perawat ini adalah Ku'aibah binti Sa'ad atau Rumaitsah Al Ansariyah. "Namun dari data yang ada, nama yang umum dikenal adalah Rufaidah," lanjut Abdul dkk di jurnal Historia Madania.
Di Yatsrib, dia memang berasal dari kalangan ahli kesehatan atau taibib. Ayahnya, Sa'ad Al-Aslami adalah tabib terkemuka di Madinah, bahkan menjadi pemimpin profesi ini. Nama ayahnya ini terdengar di seluruh Jazirah Arab, terang Abdul dkk.
Penduduk Arab saat itu menyebut Sa'ad Al-Aslami sebagai tabib yang manjur dalam mengobati berbagai penyakit. Sebab, ia menyematkan doa dan jimat yang diketahuinya.
Pengetahuan tentang praktik ini dan latar belakang keluarga Rufaidah secara rinci, tidak begitu terungkap dalam catatan sejarah. Meski demikian, dari sinilah ia belajar tentang ilmu kesehatan sejak kecil. Praktik keperawatannya bahkan dilakukan saat usianya remaja sebagai asisten ayahnya.
Praktik keperawatan Rufaidah mulai dijalankan mandiri saat ia mencapai usia dewasa. "Ayahnya telah mewariskan praktik keperawatan dasar masyarakat Arab dan kemudian dikembangkan ketika periode Islam di Madinah," tulis para peneliti.
Rufaidah pun mualaf saat syiar Islam sedang gencar-gencarnya ke Madinah. Setelah masuk Islam, pemikirannya di bidang keperawatan dan medis pun berkembang, menggabungkan keilmuannya dengan ajaran agama.
Diperkirakan pemahaman Rufaidah menggabungkan ilmu keperawatan dan ajaran Islam sebelum terjadinya Perang Badar yang terjadi pada 622 M.
Perubahan itu terkait dua hal. Pertama, terkait dengan tempat yang biasanya dijadikan oleh ayahnya sebagai tempat pengobatan. Ia membersihkan tempat itu menjadi nyaman, higienis, dan bersih," terang Abdul dkk. "Tempat itu dulunya sangat kotor sehingga kenyamanan pasien tidak diperhatikan."
Perubahan sistem keperawatan yang lebih bersih ini diperkirakan atas anjuran Nabi Muhammad. Sebab, dalam dakwahnya, Islam mengutamakan kebersihan.
Setelah itu Rufaidah menghilangkan jampi-jampi dan jimat untuk mengobati pasien, sebagaimana yang dilakukan ayahnya. Karena risiko penggunaan ini sama dengan menyekutukan Tuhan dalam ajaran Islam, ia pun menggantinya dengan doa, salawat, dan ajaran Islam.
"Atas perubahan-perubahan itu ia memiliki keutamaan pada zamannya," lanjut para peneliti.
"Ia melakukan pengobatan kepada setiap pasien-pasiennya selalu diiringi dengan berdakwah tentang keutamaan Islam. Ia meminta kepada pasiennya yang sedang terkena penyakit untuk meminta perlindungan Allah atas apa yang telah dideritanya."
Terkenalnya Rufaidah dan latar belakang keluarganya sebagai ahli kesehatan, membuatnya sebagai perawat yang diandalkan oleh peradaban Islam Madinah. Dia dipercaya untuk menangani korban terluka akibat peperangan. Di waktu yang damai, ia terlibat dalam aktivitas sosial di Madinah.
Abdul dkk menyatakan, Rufaidah mungkin adalah perawat yang juga pertama kali menggunakan tenda darurat, seperti yang dilakukan palang merah hari ini. Tenda yang ia gunakan bertujuan untuk merawat tentara muslim yang tengah berperang.
Nabi Muhammad bahkan, menurut Abu Ja'far Muhammad bin Jarir At-Thabarii dalam Tarikh Rasul wal Muluk, memperintahkan para sahabatnya yang terluka untuk segera menuju tenda Rufaidah. Di dalam tenda ini dipenuhi paramedis perempuan yang terlatih.
Baca Juga: Peringatan Hari Perawat Sedunia: Sejarah Lima Ribu Tahun Keperawatan
Baca Juga: Profesi Menjanjikan Wanita Kekaisaran Korea Masa Dinasti Joseon
Baca Juga: Layanan Kesehatan di Korea dari Kekaisaran Goryeo hingga Joseon
Baca Juga: Keteguhan Iman dan Kesalehan Budak Muslim Bernama Salih Bilali
Carolyn Atkinson, peneliti dari Wisdom School of Graduate Studies at Ubiquity University dalam Journal of Holistic Nursing tahun 2015 menyatakan, Rufaidah mungkin mendirikan sekolah keperawatan pertama di dunia Islam. Akan tetapi, lokasinya tidak bisa dipastikan karena tidak ada catatan. Rumah sakit Islam pertama justru baru ada satu abad kemudian di Kairo dan Baghdad.
Tenda perawatan Rufaidah tercatat dilakukan di berbagai peperangan seperti Perang Badar dan Perang Khandaq (627 M). Oleh kegigihannya di bidang medis, Nabi Muhammad bahkan pernah memberikannya hadiah berubah kalung indah.
"Penghargaan khusus itu diberikan karena ia telah mengorganisir para perawat dan memberikan peran wanita sebagai perawat yang berpartisipasi dalam perang suci," terang Abdul dkk.
Tidak jelas bagaimana akhir hayat Rufaidah karena tak tercatat dalam sejarah. Namun, jasanya sebagai pelopor pertama dunia keperawatan dan medis Islam diacungi jempol. Dia tidak hanya membuat pemikiran baru untuk menggabungkan dunia medis dan Islam, tetapi juga mempraktikannya di saat-saat genting seperti perang.
Source | : | ResearchGate,National Geographic Indonesia,Historia Madania |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR