Nationalgeographic.co.id – Indonesia diberkahi dengan banyak pulau yang memiliki keunikan masing-masing dan keindahan alam yang luar biasa.
Di tengah gempuran pembangunan infrastruktur, tak sedikit keindahan alam di wilayah atau provinsi mulai tergerus konsep modernisasi.
Ladang pertanian yang dulu berderet rapi, kini berganti menjadi gedung pencakar langit. Gempuran modernisasi yang kian masif juga ikut mengancam populasi hewan endemik.
Jika dibiarkan, tak hanya hewan endemik, eksistensi komoditas pangan khas Indonesia pun akan tergerus dan hilang.
Belajar dari sejarah masa lampau, pengembangan infrastruktur dan ekonomi berbasis lestari perlu menjadi perhatian, khususnya bagi wilayah penyangga seperti Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Berbekal niat baik untuk mendorong pembangunan berkelanjutan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi bersama tujuh daerah penyangga yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi bekerja sama untuk membangun forum khusus pembangunan lestari. Forum itu kini dikenal dengan nama Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).
Baca Juga: Senja di Sigi, Mencicipi Kopi Pipikoro yang Ditanam Secara Sadar Lingkungan
Melalui LTKL, kabupaten anggota didorong untuk mengimplementasikan skenario pembangunan dengan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan melalui kolaborasi multipihak di setiap kabupaten maupun antar kabupaten anggota.
Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta mengatakan, tujuan pembangunan lestari bukan dilakukan tanpa sebab. Provinsi Sulawesi Tengah diberkahi Cagar Biosfer Lore Lindu yang merupakan salah satu dari 19 cagar biosfer di Indonesia. Luas cagar biosfer ini mencapai 1,6 juta hektare.
Namun, dengan diterimanya berkah tersebut, masyarakat di Sulawesi Tengah pun sekaligus diberi tanggung jawab untuk menjaganya.
Peran dan fungsi cagar biosfer sangat strategis, sehingga membutuhkan model pembangunan berkelanjutan. Harapannya, Cagar Biosfer Lore Lindu bisa dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Restoratif yang dijaga secara konsisten.
“Jika kita bergotong royong, model ini bisa dikembangkan dalam konteks cagar biosfer yang membuktikan bahwa dalam kawasan tersebut lingkungan bisa dijaga secara konsisten dan masyarakatnya betul-betul sejahtera,” ujar Irwan.
Meski begitu, Irwan menyadari bahwa inisiatif dan niat baik saja tidak cukup. Diperlukan kolaborasi yang lebih luas untuk mencapai target ini. Hal tersebut lantas membuat Pemkab Sigi bersama kabupaten anggota LTKL di Sulawesi Tengah mencetuskan kegiatan bertajuk Festival Lestari 5.
Festival Lestari 5 akan digelar di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah selama tiga hari pada 23-25 Juni 2023.
Digelar setiap tahun
Dalam agenda konferensi pers Festival Lestari 5 yang digelar di Restoran KAUM, Menteng, Jakarta Selatan, Kamis (8/6/2023), Irwan menjelaskan bahwa Festival Lestari 5 diselenggarakan sebagai upaya kolaborasi multipihak dalam rangka membangun pertumbuhan ekonomi lestari di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah.
Tahun ini, agenda tahunan LTKL ini mengusung tema "Tumbuh Lebih Baik" untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berbasis kelestarian.
“Sejak 2020, Kabupaten Sigi juga mulai bereksperimen dengan berbagai cara inovatif, termasuk hilirisasi basis alam yang dikembangkan secara kolaboratif bersama mitra dan orang muda daerah sebagai penggerak utama,” lanjut Iwan.
Baca Juga: Jadi Tuan Rumah Festival Lestari 5, Kabupaten Sigi Siap Perkenalkan Berbagai Komoditas Unggulan
Terdapat lima agenda utama yang diusung Pemerintah Sigi dalam festival ini. Pertama, pengembangan ekonomi berbasis multi usaha kehutanan. Kedua, peningkatan produktivitas komoditas perkebunan ekonomi berbasis dan agroforestri dengan praktik berkelanjutan.
Ketiga, pengembangan industri hilirisasi berbasis alam menjadi produk bernilai tambah. Keempat, jasa ekosistem. Kelima, ekowisata. Selain itu, agenda juga akan menghadirkan Forum Bisnis dan Investasi dengan pendekatan yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan saat ini.
"Kegiatan Festival Lestari ini sangat cocok business matching-nya bisa bertemu di satu titik, sehingga kami sebagai daerah yang melaksanakan ada nilai-nilai ekonomis yang dikelola tetapi berbasis alam bisa diambil oleh teman-teman (pelaku UMKM di Sigi) kita," ungkapnya.
Selain kelima agenda tersebut, Pemerintah Kabupaten Sigi juga akan mengenalkan potensi komoditas berbasis alam, seperti kakao, kopi, vanili, palmarosa, dan bambu, serta kawasan cagar biosfer Lore Lindu yang menjadi ekosistem bagi beragam hewan dan tanaman endemik Sulawesi Tengah.
Kendati demikian, Irwan mengatakan belum ada target nilai investasi tertentu yang ingin diperoleh selama pelaksanaan Festival Lestari kelima ini. Sebaliknya, ia berharap, Festival Lestari dapat menjadi momentum yang tepat untuk saling berbagi pengalaman, pembelajaran, dan praktik terbaik dalam implementasi pembangunan lestari.
“Kami percaya bahwa pergerakan positif kaum muda dan gotong royong dapat melahirkan inovasi, maka festival ini dihelat untuk menjembatani antara inovasi dan kearifan lokal budaya di daerah ini,” pungkasnya.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Yussy Maulia |
KOMENTAR