Pada suatu pagi bulan April yang dingin dan lembap di tahun 1775, ketegangan antara rakyat dan penguasa memuncak. Saat itu, milisi kolonial dan pasukan Inggris bentrok di Lexington dan Concord, desa-desa dekat Boston. Perang Revolusi pun dimulai.
George melihat konflik tersebut sebagai peluang. “Saya tidak berpendapat bahwa dengan ketegasan dan ketekunan, Amerika akan tunduk,” katanya. Menurutnya, Kerajaan Inggris dapat membuat” anak-anaknya” yang memberontak menyesali saat mereka mengabaikan kepatuhan.
Kongres Kontinental membuat satu petisi terakhir kepada George pada Juli 1775. Menolak untuk menerimanya, George malah mengeluarkan proklamasi kerajaan yang menyebut perang itu sebagai “pemberontakan”. Sang raja mencela kaum revolusioner karena mempersiapkan, memerintahkan, dan mengadakan perang melawan kerajaan dengan pengkhianatan.
Kesetiaan koloni terhadap George sekonyong-konyong lenyap. Permusuhannya yang tanpa kompromi mengilhami Thomas Paine untuk berkomentar, "Bahkan orang biadab tidak akan berperang melawan anak mereka.”
Keluarga kerajaan George hancur; mengalami keterasingan yang kejam dan tidak dapat diubah.
Raja terakhir di Amerika Serikat
Sejauh menyangkut Kongres Kontinental, George bukan lagi raja di koloni Amerika. Sebaliknya, Deklarasi Kemerdekaan menguraikan 27 keluhan terhadap George III. Koloni bahkan menjulukinya sebagai tiran dan tidak layak menjadi penguasa rakyat bebas.
George tidak pernah mendapatkan kembali cengkeramannya di koloni Amerika. Sebaliknya, mantan rakyatnya membakar patungnya dan menggulingkan patung raja di New York.
Pada 1785, 2 tahun setelah Perang Revolusi mereda, George menerima duta besar baru dari Amerika Serikat: John Adams. Ia salah satu mantan bawahannya. Adams kemudian mengeklaim jika George memberi tahu alasan di balik tindakannya di tahun-tahun menjelang perang. “Saya melakukan apa yang menurut saya harus dilakukan oleh sebagai kewajiban pada rakyat.”
Tugas George untuk menjaga kerajaan, mendukung Parlemen, dan memulihkan ketertiban pada akhirnya menyebabkan kehancurannya. Upayanya untuk memenuhi kewajiban justru membuatnya menjadi raja terakhir di Amerika.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR