Rupanya perang menghabiskan banyak sumber daya. Inggris memiliki sejumlah besar hutang yang digunakan untuk membiayai perang. Untuk membayarnya, Parlemen memperkenalkan suksesi pajak di koloni Amerika. Karena pasukan Inggris perlu ditempatkan di tanah Amerika, mereka beralasan, rakyat di koloni itu harus menanggung biayanya.
Pajak membuat marah koloni. Awalnya, mereka mengarahkan kemarahan mereka pada politisi yang memerintah mereka, bukan raja. Bagaimana mungkin anggota Parlemen, pemerintah yang berada di seberang lautan, memungut pajak tanpa persetujuan mereka?
Parlemen memperburuk keadaan dengan mengesahkan Undang-Undang Teh pada Mei 1773. Meski dikeluhkan oleh koloni, undang-undang itu memberi British East India Company keunggulan kompetitif di pasar teh.
Akhirnya koloni mengambil tindakan pada bulan Desember tahun itu. Kaum revolusioner di Boston menyerbu pelabuhan kota, menaiki kapal dagang Inggris, dan melemparkan teh ke laut.
Raja George III berada di pihak Parlemen
Berita soal Pesta Teh Boston, tindakan kekacauan dan ketidaktaatan, mengejutkan George. Berpegang pada keyakinannya pada otoritas Parlemen dan perannya sebagai ayah kerajaan, George mendukung Parlemen. Parlemen mengesahkan empat undang-undang pada awal 1774 yang melemahkan kemampuan Massachusetts untuk mengatur dirinya sendiri. Dan sang raja menyetujuinya.
Oleh koloni Amerika, empat undang-undang itu disebut sebagai Tindakan yang Tidak Dapat Ditoleransi.
Ketika ketegangan meningkat, sebagian besar koloni Amerika mengirim delegasi ke Kongres Kontinental pada bulan September 1774. Tindakan itu dilakukan untuk menanggapi undang-undang baru dari Parlemen. Para delegasi mengungkapkan bahwa tindakan parlemen merupakan penghinaan terhadap kebebasan Inggris. Juga terhadap hak kesulungan mereka sebagai subjek mahkota.
Dalam petisi tersebut, para delegasi meminta bantuan kepada George.
“Kami, rakyat setia Yang Mulia, memohon untuk menyampaikan keluhan kami di hadapan takhta.” Delegasi menyamakan Tindakan yang Tidak Dapat Ditolerir dengan direndahkan menjadi perbudakan”. Para koloni mengungkapkan keluhan mereka karena menurut mereka, diam adalah ketidaksetiaan.
George pun berdiri dengan Parlemen.
Perang Revolusi meletus
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR