Perencanaan untuk menambang bahan baku baterai mobil listrik di laut disebabkan persaingan penguasaan bahan-bahan baku. Persaingan ini punya hubungan dari geopolitik yang ada saat ini.
Umumnya, bahan baku yang digunakan selama ini berasal dari tambang di mana hutan tropis tumbuh seperti Republik Republik Demokratik Kongo dan Indonesia. Negara industri besar seperti Tiongkok mulai menguasai bahan baku di negara-negara tersebut. Sementara pasokan besar lainnya ada di Australia, Cili, dan Argentina.
Penambangan bawah laut akan dilakukan di laut lepas yang bebas dari yurisdiksi negara mana pun, dan dikelola oleh badan anter pemerintah Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA). Dalam laporan The Revelator, kelompok ini telah menyetujui penambangan yang mencakup lebih dari satu juta kilometer persegi.
Mengutip dari Mining Technology, para pendukung penambangan dasar laut berpendapat, pengambilan logam transisi dari bintil polimetalik di dasar laut diperlukan untuk transisi energi. Dasar laut sekitar 3.500-5.000 meter di bawah permukaan laut sangat kaya akan tembaga, mangan, nikel sulfat, dan koblat sulfat.
Terkait penambangan dasar laut sempat hendak dibahas dalam pertemuan ISA di Kingston, Jamaika pada 10 Juli-28 Juli 2023. Namun, pro-kontra terkait isu ini membuat pertemuan tersebut ditunda hingga Juli 2024.
Merusak keanekaragaman hayati bawah laut
McCauley mengungkapkan bahwa kedalaman laut di laut lepas bisa mengancam keanekaragaman hayati. Ada banyak spesies yang rentan, terutama saat munculnya aktivitas penambangan bawah laut. Semua spesies di laut dalam ini punya peran dalam menjaga ekosistem laut.
“Ruang di laut lepas ini, yang meliputi pegunungan bawah laut, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan penuh dengan spesies yang sangat unik,” terangnya.
Sebagian besar penambangan dasar laut memerlukan mesin besar untuk mengambil material bawah laut, mengangkat ke permukaan, dan membuang sedimen yang tidak diperlukan. Sebuah studi tahun 2017 di jurnal Nature Geoscience telah mempertimbangkan bencana ekologis, terutama bagi makhluk hidup di dasar laut.
“Mereka secara efektif harus menggali dan menggiling dasar laut untuk mendapatkan mineralnya,” tutur Douglas McCauley, di Live Science. “Jadi apapun yang hidup di habitat itu akan musnah.” Termasuk hewan yang menempel dan hidup pada bintil itu sendiri, seperti spons laut dan karang hitam.
“Ini (dasar laut) adalah tempat yang istimewa secara biologis dan fisik,” terang McCauley. “Ini pada dasarnya adalah bagian dari planet tempat kehidupan bergerak lebih lambat dan dengan cara yang tidak kita lihat di tempat lain.”
Source | : | Live Science,The Revelator,Mongabay.com,katadata.co.id |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR