Nationalgeographic.co.id—Silenus adalah dewa yang sangat populer dalam mitologi Yunani dan Romawi. Ia sangat gemar menari, mabuk dan membuat anggur. Dalam kisah hidupnya, ia dikenal sebagai pendamping, guru dan ayah angkat bagi Dionysus.
Dikenal paling bijaksana dan tertua, Silenus memainkan peran penting dalam mitos tokoh-tokoh terkenal seperti Dionysus dan Raja Midas.
Seorang penulis dan editor di Symbol Sage, Dani Rhys, menjelaskan bahwa Silenus lahir dari pasangan Pan, dewa alam liar, dan Gaea, dewi bumi. Terdapat versi lain yang menyatakan bahwa ia merupakan putra Hermes.
“Ia adalah seorang satire tapi tampaknya agak berbeda dari satyr lainnya. Silenus biasanya dikelilingi oleh para satyr yang dikenal sebagai 'Sileni' dan ia dikatakan sebagai ayah atau kakek mereka,” kata Dani.
Sementara satyr adalah hibrida dari manusia dan kambing, sileni dikatakan sebagai kombinasi manusia dan kuda. Namun dalam banyak sumber, kedua istilah tersebut sering digunakan secara bergantian.
Secara penampilan, Silenus tampak seperti seorang pria tua yang gagah dengan ekor, telinga, dan kaki kuda.
Ia dikenal sebagai orang yang bijaksana dan bahkan raja-raja besar pun sering datang kepadanya untuk meminta nasihat. Beberapa orang mengatakan bahwa ia juga memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan.
Meskipun Silenus dikatakan sebagai setengah hewan dan setengah manusia, dia tidak selalu digambarkan dengan cara yang sama.
Dalam beberapa sumber, Dani menjelaskan, “ia biasanya disebut sebagai satyr, namun dalam sumber lainnya, ia digambarkan sebagai seorang pria tua gemuk dengan bagian kepala yang botak, ditutupi rambut putih, dan duduk di atas keledai.”
Silenus tidak mengejar nimfa untuk memuaskan dorongan seksualnya seperti satyr pada biasanya. Sebaliknya, ia dan 'Sileni'-nya menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk mabuk-mabukan.
Silenus akan minum hingga tak sadarkan diri, dan itulah sebabnya ia harus dicari-cari dengan keledai atau ditopang oleh para satyr. Ini adalah penjelasan yang paling populer tentang mengapa ia mengendarai keledai. Namun, ada beberapa penjelasan lain juga.
Ada yang mengatakan bahwa Silenus mabuk berat pada pernikahan Ariadne dan Dionysus dan untuk menghibur para tamu, dia melakukan aksi humor di atas keledai.
Ada juga yang mengatakan bahwa selama Gigantomachy, Perang antara para Raksasa dan para dewa Olimpus, Silenus muncul dengan duduk di atas seekor keledai, sebagai upaya untuk membingungkan pihak lawan.
Silenus dan Dionysus Mitologi Yunani
Silenus dikenal sebagai ayah angkat Dionysus. Ia membesarkannya dengan bantuan para bidadari Nysiad.
Ketika Dionysus mencapai usia dewasa, Silenus tetap tinggal bersamanya sebagai pendamping dan mentor.
Ia mengajari Dionysus untuk menikmati musik, anggur, dan pesta. Menurut beberapa orang, hal ini ada hubungannya dengan Dionysus yang menjadi dewa anggur dan pesta.
Silenus dan Raja Midas Mitologi Yunani
Salah satu kisah Silenus paling terkenal adalah dalam mitos Raja Midas dan Sentuhan Emas. Kisah ini menceritakan bagaimana Silenus terpisah dari Dionysus dan para pengikutnya, kemudian ditemukan di taman Raja Midas.
Mendapati Silenus berada di istananya, Midas menyambutnya dan mempersilahkan Silenus tinggal bersamanya selama beberapa hari. Mereka berpesta dan bersenang-senang.
Membalas keramahan Midas, Silenus memberikan banyak kisah fantastis kepadanya. Tak lama, ia pun ditemukan.
Dionysus sangat bersyukur karena rekannya telah diperlakukan dengan sangat baik. Sebagai rasa terima kasih ia memutuskan untuk mengabulkan permintaan Midas sebagai hadiah.
“Midas menginginkan agar semua yang disentuhnya berubah menjadi emas dan Dionysus mengabulkan keinginannya,” terang Dani.
Namun, sebagai akibatnya, “Midas tidak dapat menikmati makanan atau minuman lagi dan harus meminta bantuan Dionysus untuk melepaskan diri dari hadiah tersebut.”
Silenus dan Para Cyclops Mitologi Yunani
Silenus dan rekan-rekannya sesama satyr (atau anak-anaknya, menurut beberapa versi cerita) terdampar di kapal saat mencari Dionysus. Mereka diperbudak oleh para Cyclops dan dipaksa bekerja sebagai gembala.
Tak lama kemudian, Odiseus, Raja Ithaka, tiba bersama para pelautnya dan bertanya kepada Silenus apakah ia mau menukar makanan dengan anggur.
Silenus tidak dapat menolak tawaran itu, karena ia adalah pelayan Dionysus, dan anggur adalah bagian penting dari pemujaan Dionysus.
“Namun, ia tidak memiliki makanan untuk diberikan kepada Odiseus sebagai imbalan atas anggur tersebut, jadi sebagai gantinya, ia menawarkan beberapa makanan dari gudang Cyclops sendiri.” kata Dani.
Polyphemus, salah satu Cyclops, mengetahui tentang kesepakatan itu dan “Silenus dengan cepat menyalahkan para tamu, menuduh mereka mencuri makanan.”
Meskipun Odiseus berusaha keras untuk berunding dengan Polyphemus, para Cyclops mengabaikannya dan memenjarakan ia serta anak buahnya di sebuah gua.
Kemudian para Cyclops dan Silenus meminum anggur hingga mereka berdua mabuk berat. Ketika mereka “tepar”, Odiseus dan para prajurit melarikan diri dari gua, membakar mata Polyphemus sehingga mereka bisa melarikan diri.
Bagaimana nasib Silenus tidak disebutkan, tetapi beberapa orang mengatakan bahwa ia juga berhasil melarikan diri dari cengkeraman para Cyclops bersama para satyr.
Silenus dalam Festival Dionysia Mitologi Yunani
Festival Dionysia adalah sebuah perayaan dramatis yang diadakan pada zaman Yunani kuno. Pada festival inilah komedi, drama satire, dan kisah tragedi dikatakan berasal.
“Dionysia diadakan setiap tahun pada bulan Maret di kota Athena, untuk menghormati dewa agung Dionysus,” kata Dani.
Selama festival Dionysia, drama yang menampilkan Silenus sering muncul untuk menambah kelucuan di tengah-tengah perayaan. Drama satyr dikatakan sebagai cikal bakal komedi atau komedi satir yang kita kenal saat ini.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR