Usulan koloni Yahudi di Afrika Timur memicu perdebatan sengit di kalangan zionis dalam sejarah dunia. Penolakan pun bermunculan oleh masyarakat Inggris, baik di Inggris sendiri maupun di Afrika Timur.
Melansir Jewish Action, usulan ini juga ditentang oleh penjelajah Inggris di Afrika Timur Lord Delamere. Dia tidak mengetahui rincian rencana tersebut, tetapi sangat menentangnya.
Jelas, sejak lama dalam sejarah dunia, Organisasi Zionis menginginkan Palestina sebagai tempat tinggal bangsa Yahudi. Memilih Palestina dinilai lebih pantas karena dielu-elukan sebagai Tanah yang Dijanjikan yang termaktub dalam kitab suci Yahudi. Hal ini pun menjadi motivasi kaum zionis yang kuat.
Herzl, sebagai pencetus awal zionisme, bukan bermaksud mengalihkan perhatiannya dari Palestina. Baginya, Afrika Timur bisa menjadi sarana bagi orang Yahudi untuk ditampung dari kekerasan yang marak di Eropa.
Rencana Uganda juga sebenarnya mendapat dukungan dari kalangan zionis religius seperti Rabbi Isaac Jacob Reines. Dia menilai, tidak masalah jika melupakan Yerusalem, dan bangsa Yahudi bisa mendapat perlindungan sementara di Afrika Timur. Konon, Rabbi Reines memberikan suara dukungan atas Herzl pada Rencana Uganda agar gerakan zionisme tidak terpecah.
David Wolffsohn, presiden Organisasi Zionis setelah Herzl mengunjungi Kenya untuk melihat langsung kondisi lokasi. Kunjungan itu kemudian diikuti oleh beberapa anggota zionis lainnya dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi.
Hasil penyelidikan ini membuat Rencana Uganda resmi ditolak pada Kongres Zionis Ketujuh pada 1905. Penyebab utamanya adalah keinginan semua delegasi untuk mengembalikan bangsa Yahudi ke tanah airnya di Palestina.
Usulan lokasi negara Yahudi di luar Palestina lainnya
Afrika Timur bukanlah yang pertama menjadi kawasan usulan untuk kaum zionis mendirikan pemukiman dalam sejarah dunia. Sebelumnya, ketika Herzl bertemu dengan pihak Kekaisaran Ottoman pada Juli 1902.
Sultan Abdulhamid II menawarkan tanah di Mesopotamia seperti Suriah dan Anatolia sebagai tempat tinggal umat Yahudi, tetapi bukan Palestina. Pilihan itu ditolak Herzl yang ngotot menginginkan Palestina.
Ada pula Siprus ditawarkan kepada kalangan zionis pada 1897 sebagai pemukiman Yahudi. Tawaran ini diusulkan oleh Davis Trietsch, salah satu pimpinan Organisasi Zionis kelahiran Jerman.
Trietsch juga mengusulkan kandidat lokasi lain, El-Arish, Mesir. Terletak di pesisir utara Mesir di Laut Mediterania, El-Arish cukup dekat dengan Palestina (53 kilometer dari perbatasan Rafah, Jalur Gaza). Tempat ini sempat ditetapkan sebagai pemukiman otonom Yahudi yang disponsori pemerintah Inggris.
Tempat lainnya yang sempat diusulkan lagi adalah Krimea, Guyana Inggris di Amerika Selatan, dan Sitka di Alaska.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR