Pertumpahan darah, misalnya, adalah praktik yang umum. Tindakan ini melibatkan pemotongan pembuluh darah pasien dan membiarkan mereka mengeluarkan darah, dengan keyakinan bahwa hal ini akan menyeimbangkan "humor" di dalam tubuh - darah, dahak, empedu hitam, dan empedu kuning - dan dengan demikian memulihkan kesehatan.
Pengobatan umum lainnya adalah penggunaan "air wabah" ramuan berbagai tumbuhan dan terkadang bahkan zamrud atau emas yang dihancurkan. Hal ini bisa diminum oleh pasien atau dioleskan pada bubo mereka - pembengkakan yang menyakitkan yang merupakan ciri khas wabah.
Selain pengobatan tersebut, Dokter Wabah juga bertanggung jawab memberikan nasehat kesehatan kepada masyarakat. Hal ini sering kali mencakup anjuran untuk menjaga kebersihan pribadi, membersihkan rumah, dan menghindari tempat keramaian.
Mereka juga memberikan nasihat tentang kebiasaan makan, menyarankan makanan yang diyakini dapat memperkuat tubuh melawan wabah.
Ketika Kematian Hitam melanda Eropa, Dokter Wabah menjadi pemandangan umum, topeng berparuh dan jubah panjang mereka menjadi pengingat akan hal tersebut.
Di satu sisi, Dokter Wabah dipandang sebagai sosok harapan. Seringkali mereka satu-satunya pihak yang bersedia merawat orang yang menderita, dan bertualang ke daerah-daerah yang bahkan ada pendetanya takut untuk melangkah.
Bagi mereka yang sakit dan sekarat, kedatangan Dokter Wabah dapat menjadi pembeda antara hidup dan mati. Sementara bagi yang sehat, kehadiran mereka merupakan jaminan bahwa upaya sedang dilakukan untuk memerangi wabah tersebut.
Di sisi lain, Dokter Wabah juga merupakan sosok yang ditakuti. Kostum khas mereka, yang dirancang untuk perlindungan, terasa asing dan mengintimidasi perasaan tidak nyaman dan teror secara keseluruhan.
Selain itu, mengingat tingginya angka kematian akibat wabah dan terbatasnya efektivitas pengobatan, kemunculan Dokter Wabah sering kali menandakan kematian yang akan datang.
Persepsi masyarakat terhadap Dokter Wabah semakin diperumit dengan status sosial mereka. Banyak Dokter Wabah bukanlah dokter yang berkualifikasi penuh, melainkan individu yang mengambil peran tersebut karena kebutuhan atau peluang.
Hal ini, ditambah dengan biaya yang tinggi dan ketidakefektifan pengobatan mereka, sering kali menimbulkan kecurigaan dan kebencian dalam sejarah Abad Pertengahan.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR